Ikatan Da'i Indonesia Ponorogo Menebar Islam Rahmatan Lil Alamain!

Jl. Soekarno Hatta Pasar Legi Selatan Lt. 2 Blok AD5 Ponorogo

  • PROGRAM IKADI
  • Download
  • DAFTAR JADI DONATUR
  • AGENDA IKADI PONOROGO

KAJIAN UMUM IKADI Jelang ramadhan

Alhamdulillah pada tanggal 25 Agustus kemarin IKADI telah menyelenggarakan kegiatan Sambut Ramadhan bersama abang becak, abang parkir, dan Pak sol sepatu. Ust. Imannurdin sebagai pemateri telah berhasil menghipnotis pendengar dengan kabar-kabar membahagiakan yang beliau sampaikan terkait dengan keutamaan Ramadhan. Wajah ceria dan bersemangat tampak pada wajah para pendengar, rasanya mereka sudah tak sabarlagi menyambut Ramadhan kaliini.
insyaallah kegiatan kajian UMUM ini akan dilaksanakan lagi pada bulan ramadhan tepatnya tanggal 28 Agustus 2010 sekaligus buka bersama. Semoga ALLAH mengistiqomahkan kita untuk memperbaiki diri dan terus berbuat untuk Agama ALLAH hingga kaki ini menginjakkan di Surga ALLAH SWT, Amin.

TEBAR STIKER HIMBAUAN RAMADHAN

Alhamdulillah, IKADI dapat berkontribusi unbtuk yang kesekian kalinya bagi ummat. Stiker Himbauan IKADI salah satu contohnya. Stiker ini ditebar gratis bagi ummat muslim Ponorogo agar kegiatan ramadhan dapat termanfaatkan dengan sebaik dan semaksimal mungkin.

IKADI AKAN GELAR I'TIKAF SELAMA 10 HARI DI AKHIR RAMADHAN 1431 H

BERBAHAGIALAH BAGI UMMAT MUSLIM PONOROGO KARENA IKADI PONOROGO MENGGELAR I'TIKAF SELAMA 10 HARI DI MASJID QURROTA A'YUN Ponorogo. Bagi yang ingin ikut mohon daftar kepada akhi Dr. Viki Al-Harist 087758261792 atau datang saja ke kantor ikadi Ponorogo Komplek pertokoan Pasar Legi Selatan songgolangit Lt. 2.
untuk Umat Muslim yang ingin ikut, mohon kontak ak Dr. Viki Al-Harist pada alamat di atas palinglambat tanggal 26 Agustus 2010.
Jazakallah Khoiran katsir...
RAMADHAN BERKAH BERSAMA IKADI Ponorogo.

IKADI GELAR MABIT

7 Agustus 2010, Alhamdulillah IKADI dapat menyelenggarakan satu kegiatan agenda lagi di bulan ini yaitu MABIT IKADI. Acara yang sudah dirancang oleh pengurus IKADI selama satu bulan sebelumnya alhamdulillah terlaksana dengan lancar dan pesertanyapun cukup banyak walaupun persiapannya mendadak. Allahhuakbar untuk para da'i di Ponorogo. terus berjuang untuk agama ALLAH.

Jangan Biarkan Kapal Tenggelam!

“Perumpamaan yang berdiri pada batas-batas Allah (mentaatinya) dan yang terjebak kedalamnya (melanggarnya) adalah seperti serombongan orang yang berundi tempat di sebuah kapal. Sebagian mereka berada di bagian atas dan sebagian lagi berada di bagian bawahnya.
Kemudian orang-orang yang berada di bagian bawah kapal itu apabila hendak mengambil air, mereka melewati orang-orang yang berada di bagian atas. Mereka berkata: Jika kami lubangi tempat lain, kami tidak akan menyusahkan orang-orang yang berada di atas kami. Jika orang-orang yang di atas membiarkan mereka melakukan niatnya dan membiarkan kehendak mereka, maka mereka semua akan celaka, tetapi jika orang-orang yang berada diatas mengambil tangan (mencegah) mereka maka mereka akan selamat, dan selamat pula seluruh isi kapal.” (HR. Bukhari)
Apalah artinya kapal yang indah tapi ada kebocoran di sana-sini. Apalah artinya kapal dengan peralatan yang super canggih namun banyak kebocoran di bagian deknya. Apalah artinya kapal megah, lengkap dengan fasilitas layaknya di daratan bila air laut dengan leluasa masuk ke dalam kapal. Menakutkan, mencekam…….mengkhawatirkan.
Bumi yang kita tinggali ini sekarang seperti kapal itu. Suasana hidup serba mengkhawatirkan karena banyak bolong di segala sisinya, akibat berbagai kemaksiatan yang makin menggila dan digandrungi manusia. Semakin banyak saja pelaku penbocoran kapal tanpa sadar akibatnya, terpedaya dengan keindahan proses pembolongannya. Dibolong dengan alat yang bernama korupsi terasa menguntunkan dengan melihat tumpukan uang hasil korupsi itu. Dibolong dengat alat yang bernama zina, terasa bahagia, nikmat. Ada juga pembolongan dengan alat yang bernama rakus, mengambil hamparan hutan belantara yang luas. Ada pula pembolongan dengan ilegal logging, penebangan kayu-kayu hutan secara sewenang-wenang. Akibatnya, bumi kita semakin rusak, banyak bocornya, semakin mengkhawatirkan. Kita terancam dengan berbagai bentuk bencana.
Jika demikian, jangan lagi mencari manfaat dengan cara maksiat. Jangan ada lagi upaya memperkaya diri dengan menghalalkan segala cara. Membangun jalan, gedung, desa ataupun kota dengan cara-cara tipuan dan dusta, harus segera dihentikan. Menjalani kehidupan berpolitik dan menjalankan kekuasaan dengan tipu muslihat dan janji-janji dusta, harus segera dihentikan.
Juga sumpah palsu. Namun jika hal-hal buruk ini terus berjalan, artinya kita membangun, namun pada waktu yang bersamaan menyiapkan kehancurannya. Menenggelamkan kapal yang kita tumpangi sendiri.
Sementara dakwah adalah upaya penyadaran. Dakwah bermakna penyadaran bahwa setiap perbuatan pasti ada resiko terhadap diri pelaku dan orang lain. Dakwah bermaksud mencegah kerusakan dan bahaya yang lebih buruk dan lebih besar. Dakwah berarti juga menutupi bolong-bolong yang membahayakan itu.
Mari kita ikut aktif dalam proses dakwah, ikut mencegah orang-orang usil yang ingin membolongi kapal-kapal kita dan menutupi kebocoran-kebocoran yang ada, agar kita semua selamat dari ancaman tenggelamnya kapal yang bernama Indonesia.

Jangan Pernah Lengah

Rasulullah SAW bersabda, ”Sesungguhnya, seorang mukmin akan selalu memandang dosanya seperti halnya orang yang duduk di bawah kaki gunung dan ia takut gunung itu akan runtuh menimpanya. Sedangkan, orang yang fajir (yang maknanya berlawanan dengan kata mukmin) akan memandang dosanya seperti seekor lalat yang terbang dan hinggap di batang hidungnya.” (HR Bukhari).
Lebih lanjut, Rasulullah SAW bersabda, ”Sesungguhnya Allah lebih gembira dengan taubat hamba-hamba-Nya, dibandingkan dengan seseorang yang turun pada satu tempat yang sudah hancur, sambil membawa air dan makanan di hewan tunggangannya. Tidak lama kemudian, ia menyandarkan kepalanya, lalu tertidur pulas. Ketika bangun, ia tidak menemukan hewan tunggangannya tersebut hingga ia diserang hawa panas sampai kehausan dan kelaparan. Ia lantas memasrahkan semuanya kepada Allah SWT. Setelah mencari ke sana ke mari dan tidak menemukan yang dicarinya, ia lantas berkata, ‘Aku akan kembali saja ke tempatku semula.’ Setelah sampai, ia kembali tidur pulas. Ketika bangun, hewan tunggangannya telah kembali berada di sisinya.” (HR Bukhari)
Manusia bisa juga disebut insan, karena mereka dalam hal-hal tertentu sering lupa dan lalai untuk berbuat kebaikan. Kelalaian ini akhirnya berujung dosa dan kesalahan akibat pelanggaran yang dilakukan terhadap rambu-rambu yang Allah SWT sudah tentukan. Padahal dosa adalah nilai buruk di sisi Allah SWT yang akan membuat seorang hamba menderita di hari akhirat kelak.
Pada hakikatnya, tidak ada manusia yang tidak pernah berbuat salah dan dosa. Ini yang Nabi SAW singgung dalam hadis yang lain, bahwa iman manusia itu sifatnya fluktuatif (kadang tinggi, sedang, dan rendah). Berbeda dengan imannya para Malaikat yang stabil, dan tak pernah berubah. Atau berbeda pula dengan iman iblis yang selalu berada di tingkat rendahnya.
Pada saat manusia berada pada puncak keimanan, ia akan bisa melampaui iman para malaikat. Namun, ketika imannya rendah, ia bisa lebih rendah dari imannya iblis. Dalam Alquran, Allah SWT berfirman, ”Sesungguhnya Kami akan isi api neraka jahanam dengan kebanyakan jin dan manusia, karena mereka mempunyai hati, tetapi tidak digunakan untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak digunakan untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak digunakan untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.” (Al-A’raf: 179).
Ketika iman berada pada titik nadirnya yang paling menghawatirkan, di sinilah dosa-dosa itu bermunculan bak jamur yang tumbuh di musim hujan. Pada saat seperti ini, Allah SWT menegur hamba-hamba-Nya untuk segera bertaubat. Karena, dengan taubat itulah, seorang yang telah berdosa dijamin pasti akan diampuni, sehingga kembali lagi ke level iman tertingginya. ”Katakanlah [wahai Muhammad], ‘Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah akan mengampuni dosa-dosa kalian semuanya jika bertaubat. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Al-Zumar: 53).
Lengah menjaga dan memperkuat iman berarti memudahkan syetan menguasai diri kita. Lengah mengingat Allah berarti melemahkan pertahanan diri dari serangan syetan. Lengah memadati waktu-demi waktu dengan amal shaleh berarti memudahkan diri terjerumus dalam tindakan salah atau sia-sia. Lengah mengendalikan diri dari penguasaan malas berbuat kebaikan berarti kemungkinan besar menyeret diri pada situasi yang berbuah penyesalan. Lengah membiarkan iman menurun drastis tanpa kesadaran dan perlawanan, adalah ancaman serius akan terjerumus pada su’ul khatimah!

Salahudin Al-Ayubi

Namanya sangat di kenal baik di dunia Timur maupun Barat. Di Timur, Salahuddin dikenal sebagai pemimpin kaum muslim yang merebut dan membebaskan Al-Quds (Jerusalem) dari penguasaan Pasukan Salib. Di Barat, ia dikenal sebagai panglima perang yang gagah, pemberani, namun berjiwa kesatria dan pemaaf.
“Siapapun yang menguasai Palestina, dia akan menguasai dunia.” Kata-kata yang sangat terkenal ini keluar dari mulutnya. Tidak hanya sekadar kata, dia pun berhasil mewujudkan kata-katanya itu. Lewat perjuangan panjang dan melelahkan, Salahuddin dan pasukannya mampu merebut kembali tanah Palestina yang ketika itu selama delapan puluh tiga tahun lepas dari genggaman.
Prestasi inilah yang membuat Salahuddin memiliki tempat yang terhormat dalam hati umat Islam. Tidak hanya identik dengan kisah kepahlawanan dan keberanian di medan perang, namanya pun identik dengan aneka sifat yang mulia: sederhana, tidak gila harta, cinta pada ilmu, saleh dan taat beribadah, dan sangat akrab serta toleran terhadap orang lain, termasuk kepada kaum kafir yang ditawannya. Selepas penaklukan Palestina tidak ada seorang pun non-muslim yang dia aniaya. Bahkan pada waktu Richard “Lion Heart” (salah seorang panglima Pasukan Salib) menderita sakit, Salahuddin masih menyempatkan diri untuk menengok dan membawa tabib padahal mereka berdua memimpin pasukan yang sama-sama bermusuhan.
Sudah menjadi kebiasaan bagi Sultan Salahuddin membacakan Kitab Suci Al-Quran kepada pasukannya menjelang pertempuran berlangsung. Minumannya hanyalah air putih saja, memakai pakaian yang terbuat dari bulu yang kasar, dan mengizinkan dirinya untuk dipanggil ke depan pengadilan. Beliau mengajar sendiri anak-anaknya mengenai agama. Seluruh kaum muslimin yang menyaksikan kewafatannya menitiskan air mata ketika sultan yang mengepalai negara yang terbentang luas dari Asia hingga ke Afrika itu hanya meninggalkan warisan 1 dinar dan 36 dirham.

Bilal, Muadzin Rasulullah

Sesaat setelah Rasulullah saw mengembuskan napas terakhir, waktu shalat tiba. Bilal berdiri untuk mengumandangkan azan, sementara jasad Rasulullah saw masih terbungkus kain kafan dan belum dikebumikan. Saat Bilal sampai pada kalimat, “Asyhadu anna muhammadan rosuulullaah (Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah)”, tiba-tiba suaranya terhenti. Ia tidak sanggup mengangkat suaranya lagi. Kaum muslimin yang hadir di sana tak kuasa menahan tangis, maka meledaklah suara isak tangis yang membuat suasana semakin mengharu biru.
Sejak kepergian Rasulullah saw, Bilal hanya sanggup mengumandangkan azan selama tiga hari. Setiap sampai kepada kalimat, “Asyhadu anna muhammadan rosuulullaah (Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah)”, ia langsung menangis tersedu-sedu. Begitu pula kaum muslimin yang mendengarnya, larut dalam tangisan pilu.
Karena itu, Bilal memohon kepada Abu Bakar, yang menggantikan posisi Rasulullah saw sebagai pemimpin, agar diperkenankan tidak mengumandangkan azan lagi, karena tidak sanggup melakukannya. Selain itu, Bilal juga meminta izin kepadanya untuk keluar dari kota Madinah dengan alasan berjihad di jalan Allah dan ikut berperang ke wilayah Syam.
Awalnya, Abu Bakar merasa ragu untuk mengabulkan permohonan Bilal sekaligus mengizinkannya keluar dari kota Madinah, namun Bilal mendesaknya seraya berkata, “Jika dulu engkau membeliku untuk kepentingan dirimu sendiri, maka engkau berhak menahanku. Tapi jika engkau telah memerdekakanku karena Allah, maka biarkanlah aku bebas menuju kepada-Nya.”
Abu Bakar menjawab, “Demi Allah, aku benar-benar membelimu untuk Allah, dan aku memerdekakanmu juga karena Allah.”
Bilal menyahut, “Kalau begitu, aku tidak akan pernah mengumandangkan azan untuk siapa pun setelah Rasulullah saw wafat.”
Abu Bakar menjawab, “Baiklah, aku mengabulkannya.” Bilal pergi meninggalkan Madinah bersama pasukan pertama yang dikirim oleh Abu Bakar. Ia tinggal di daerah Darayya yang terletak tidak jauh dari kota Damaskus. Bilal benar-benar tidak mau mengumandangkan azan hingga kedatangan Umar ibnul Khaththab ke wilayah Syam, yang kembali bertemu dengan Bilal setelah terpisah cukup lama.
Umar sangat merindukan pertemuan dengan Bilal dan menaruh rasa hormat begitu besar kepadanya, sehingga jika ada yang menyebut-nyebut nama Abu Bakar di depannya, maka Umar segera menimpali, “Abu Bakar adalah tuan kita dan telah memerdekakan tuan kita (maksudnya Bilal).”
Dalam kesempatan pertemuan tersebut, sejumlah sahabat mendesak Bilal agar mau mengumandangkan azan di hadapan Umar ibnul Khaththab. Ketika suara Bilal yang nyaring itu kembali terdengar mengumandangkan azan, Umar tidak sanggup menahan tangisnya, maka iapun menangis tersedu-sedu, yang kemudian diikuti oleh seluruh sahabat yang hadir hingga janggut mereka basah dengan air mata. Suara Bilal membangkitkan segenap kerinduan mereka kepada masa-masa kehidupan yang dilewati di Madinah bersama Rasulullah saw.

Umar bin Abdul Aziz, Khalifah yang Rendah Hati


Khalifah Umar bin Abdul Aziz membersihkan kedua tangannya. la berdiri. Di depannya nampak makam Sulaiman bin Abdul Malik, khalifah Bani Umayyah sebelumnya. Berdasarkan wasiat al marhum, Umar bin Abdul Aziz menduduki jabatan khalifah. Baru saja Umar bangkit berdiri, tiba-tiba ia mendengar suara riuh. “Ada apa?”, tanya Khalifah kedelapan Bani Umayyah itu heran.
“Ini kendaraan Anda, wahai Amirul Mukminin,” ujar salah seorang sambil menunjuk sebuah kendaraan mewah yang khusus disiapkan untuk sang khalifah.
Dengan suara gemetar dan terbata bata karena kelelahan dan kurang tidur, Umar berkata, “Apa hubungannya denganku? Jauhkanlah kendaraan ini. Se¬moga Allah memberkahi kalian.” Lalu ia berjalan ke arah seekor keledai yang menjadi tunggangannya selama in!
Baru saja ia duduk di atas punggung hewan itu, serombongan pengawal datang berbaris mengawal di belakangnya. Di tangan masing masing tergenggam tombak tajam mengkilat. Mereka siap menjaga sang khalifah dari marabahaya.
Melihat keberadaan pasukan itu, Umar menoleh heran dan berkata, “Aku tidak membutuhkan kalian. Aku hanyalah orang biasa dari kalangan kaum Muslimin. Aku berjalan pagi hari dan sore hari sama seperti rakyat biasa.”
Selanjutnya, Umar berjalan bersama orang-orang menuju masjid. Dari segala penjuru orang orang pun berdatangan. Ketika mereka sudah berkumpul, Umar bin Abdul Aziz berdiri. Setelah memuji Allah dan bershalawat pada Nabi dan para sahabatnya, ia berkata, ‘Wahai manusia, sesungguhnya aku mendapat cobaan dengan urusan ini (khilafah) yang tanpa aku dimintai persetujuan terlebih dulu, memintanya atau pun ber¬musyawarah dulu dengan kaum Muslimin. Sesungguhnya, aku telah melepaskan baiat yang ada di pundak kalian untukku. Untuk selanjutnya silakan pilih dari kalangan kalian sendiri seorang khalifah yang kalian ridhai.’
Mendengar ucapannya itu, orang orang pun berteriak dengan satu suara, “Kami telah memilihmu, wahai Amirul Mukminin. Kami ridha terhadapmu. Aturlah urusan kami dengan karunia dan berkah Allah.’
Sumber: http://oaseislam.com

Perhatian Umar pada Rakyatnya


Malam-malam di kota Madinah, suatu hari.
Masih seperti malam-malam sebelumnya, ia mengendap berjalan keluar dari rumah petak sederhana. Masih seperti malam kemarin, ia sendirian menelusuri jalanan yang sudah seperti nafasnya sendiri. Dengan udara padang pasir yang dingin tertiup, ia menyulam langkah-langkah merambahi rumah-rumah yang penghuninya ditelan lelap. Tak ingin malam ini terlewati tanpa mengetahui bahwa mereka baik-baik saja. Sungguh tak akan pernah rela ia harus berselimut dalam rumahnya tanpa kepastian di luar sana tak ada bala. Maka ia bertekad malam ini untuk berpatroli lagi.
Madinah sudah tersusuri, malam sudah hampir di puncak. Angkasa bertabur kejora. Ia masih berjalan, meski lelah jelas terasa. Sesekali ia mendongak melabuhkan pandangan ke langit Madinah yang terlihat jelita. Maka ia pun tersenyum seperti terhibur dan memuja pencipta. Tak terasa Madinah sudah ditinggalkan, ia berjalan sudah sampai di luar kota. Dan langkahnya terhenti ketika dilihatnya seorang lelaki yang tengah duduk sendirian menghadap sebuah pelita.
“Assalamu’alaikum wahai fulan,” ia menegur lelaki ini dengan santun.
“Apakah yang engkau lakukan malam-malam begini sendirian,” tambahnya. Lelaki itu tidak jadi menjawab ketika didengarnya dari dalam tenda suara perempuan yang memanggilnya dengan mengaduh. Dengan tersendat lelaki itu memberitahu bahwa istrinya akan melahirkan. Lelaki itu bingung karena di sana tak ada sanak saudara yang dapat diminta pertolongannya.
Setengah berlari maka ia pun pergi, menuju rumah sederhananya yang masih sangat jauh. Ia menyeret kakinya yang sudah lelah karena telah mengelilingi Madinah. Ia terus saja berlari, meski kakinya merasakan dengan jelas batu-batu yang dipijaknya sepanjang jalan. Tentu saja karena alas kakinya telah tipis dan dipenuhi lubang. Ia jadi teringat kembali sahabat-sahabatnya yang mengingatkan agar ia membeli sandal yang baru.
“Umm Kultsum, bangunlah, ada kebaikan yang bisa kau lakukan malam ini,” Ia membangunkan istrinya dengan nafas tersengal. Sosok perempuan itu menurut tanpa sepatah kata. Dan kini ia tak lagi sendiri berlari. Berdua mereka membelah malam. Allah menjadi saksi keduanya dan memberikan rahmah hingga dengan selamat mereka sampai di tenda lelaki yang istrinya akan melahirkan.
Umm Kultsum segera masuk dan membantu persalinan. Allah Maha Besar, suara tangis bayi singgah di telinga. Ibunya selamat. Lelaki itu bersujud mencium tanah dan kemudian menghampirinya sambil berkata, “Siapakah engkau, yang begitu mulia menolong kami?”
Lelaki ini tidak perlu memberikan jawaban karena suara Ummi Kultsum saat itu memenuhi lengang udara, “Wahai Amirul Mukminin, ucapkan selamat kepada tuan rumah, telah lahir seorang anak laki-laki yang gagah.”
Sumber: http://oaseislam.com

Ubay bin Ka’ab


Ubay bin Ka’ab merupakan salah seorang penulis wahyu, dan hafal Alquran. Selama Ubay bin Ka’ab berdekatan dengan Nabi saw., ia tidak putus-putusnya mereguk air yang manis dari telaga yang dalam itu. Setelah berpulangnya Rasulullah saw, Ubay bin Ka’ab menepati janjinya dengan tekun dan setia, baik dalam beribadah, dalam keteguhan beragama, maupun keluhuran budi. Disamping itu, tiada henti-hentinya ia menjadi pengawas bagi kaumnya. Diingatkannya mereka akan masa-masa Rasulullah saw. masih hidup, diperingatkan keteguhan iman mereka, sifat zuhud, perangai, dan budi pekerti mereka. Di antara ucapan-ucapannya yang mengagumkan yang selalu didengungkan kepada sahabat-sahabatnya adalah,
“Selagi kita bersama Rasulullah saw., tujuan kita satu. Tetapi setelah ditinggalkan beliau, tujuan kita bermacam-macam. Ada yang ke kiri, ada yang ke kanan.”
Ia selalu berpegang pada takwa dan menetapi zuhud terhadap dunia, hingga tidak dapat terpengaruh dan terpedaya. Karena, ia selalu menilik sesuatu pada akhir kesudahannya. Sebagaimana juga corak hidup manusia, betapa pun ia berenang dalam lautan kesenangan, dan kancah kemewahan, tetapi pasti ia akan menemui maut yang segalanya akan berubah menjadi debu, sedang di hadapannya tiada terlihat, kecuali hasil perbuatannya yang baik atau yang buruk.
Mengenai dunia, Ubay pernah melukiskannya sebagai berikut, “Sesungguhnya makanan manusia itu sendiri, dapat diambil sebagai perumpamaan bagi dunia, biar dikatakannya enak atau tidak, tetapi yang penting ia akhirnya menjadi apa….”
Bila Ubay berbicara di depan khalayak ramai, semua leher akan terulur dan semua telinga akan terpasang, disebabkan apabila ia berbicara mengenai agama Allah, tiada seorang pun yang ditakutinya dan tiada udang di balik batu.
Tatkala wilayah Islam telah meluas, dan dilihatnya sebagian kaum muslimin menyeleweng dengan menjilat pada penguasa-penguasa mereka, ia tampil dan melepas kata-katanya yang tajam, “Celaka mereka, demi Tuhan, mereka celaka dan mencelakakan. Tetapi, saya tidak menyesal melihat nasib mereka, hanya saya sayangkan adalah kaum muslimin yang celaka disebabkan mereka.”
Karena kesalehan dan ketakwaannya, Ubay selalu menangis setiap teringat Allah dan hari akhir. Ayat-ayat Alquran, baik yang ia baca atau yang didengarnya, semua menggetarkan hati dan persendiannya. Tetapi, suatu ayat di antara ayat-ayat yang mulia itu, jika dibaca atau terdengar olehnya, akan menyebabkan diliputi oleh rasa duka yang tidak dapat dilukiskan. Ayat itu ialah, “Katakanlah, Ia Kuasa akan mengirim siksa kepada kalian, baik dari atas atau dari bawah kaki kalian, atau membaurkan kalian dalam satu golongan berpecah-pecah, dan ditimpakan-Nya kepada kalian perbuatan kawannya sendiri ….” (Al-An’am: 65).
Yang paling dicemaskan Ubay adalah datangnya suatu generasi umat yang bercakar-cakaran sesama mereka.
Ia selalu memohon keselamatan kepada Allah, berkat, karunia, serta rahmat-Nya. Hal itu diperolehnya, dan ditemuinya Tuhannya dalam keadaan beriman, aman tenteram, dan beroleh pahala.

Ibnu Umar yang Zuhud


Abdullah bin Umar, atau biasa disebut Ibnu Umar, adalah putra Khalifah Umar bin Khattab. Pada masa mudanya, Ibnu Umar mendapat pendidikan dari lingkungannya yang dipenuhi nuansa islami. Dia dididik oleh ayahnya yang disiplin dan taat kepada agama.
Pada Perang Badar dan Uhud, Ibnu Umar belum ikut perang. Pada Perang Khandak (Perang Parit), Ibnu Umar ikut serta. Semenjak inilah Ibnu Umar ikut perang. Usia beliau waktu itu baru lima belas tahun.
Ibnu Umar pada suatu malam yang sunyi bermimpi. Dalam mimpinya itu, dia duduk di masjid sedang mengerjakan salat. Kemudian melihat ada yang turun mendekati dia untuk mengajak pergi ke suatu tempat yang indah pemandangannya.
Lalu, Ibnu Umar menceritakan tentang mimpinya itu kepada saudaranya, yaitu Hafsah, istri Nabi. Sewaktu Nabi mendengarkannya, Nabi berkata, “Abdullah (bin Umar) adalah seorang anak yang cakap, sebaiknya ia setiap malam lebih banyak berdoa dan berzikir.”
Ibnu Umar dengan perasaan senang dan ikhlas melaksanakan nasihat Nabi, beribadah sepanjang malam, istirahatnya berkurang. Pada waktu salat ia menangis.
Setelah Rasulullah saw. wafat, ia senantiasa ingat apa yang pernah ia alami selama bergaul dengan Nabi. Apabila membaca Al-Quran, dia sampai menangis. Demikian rasa takwa dan takutnya kepada Allah SWT.
Dengan keakrabannya dengan Nabi saw, Ibnu Umar dapat menghayati ajaran Islam dengan sangat baik. Ibnu Umar pernah menjadi guru. Murid-muridnya datang dari berbagai tempat untuk belajar dan mendapat bimbingannya.
Ibnu Umar sangat gemar mencontoh perilaku Nabi Muhammad saw. seperti dalam cara berpakaian, makan, minum, dan lain-lain.
Ketika wafatnya Utsman terjadi huru-hara. Para sahabat menginginkan Ibnu Umar menduduki jabatan khalifah, namun Ibnu Umar tidak menerima jabatan itu. Ibnu Umar ingin memperbanyak amal ibadah kepada Allah.
Mengerjakan salat malam tidak pernah lupa. Kain sajadah untuk sujud tetap terbentang dekat tempat tidurnya. Sebelum tidur, beliau salat terlebih dulu. Sejenak tidur, bangun lagi untuk mengambil air wudhu. Kemudian salat beberapa rakaat. Hampir setiap malamnya tidak kurang dari empat atau lima rakaat.
Ibnu Umar wafat pada tahun 72 Hijriah, tepat pada usia 84 tahun.

Kisah Seteguk Air


Ketika pembebasan Makkah, Ikrimah bin Abu Jahal termasuk orang yang dihukum mati. Namun, karena sifat pemaaf Rasulullah SAW, Ikrimah yang kala itu sempat melarikan diri, akhirnya diampuni. Rasulullah SAW bersabda di hadapan para sahabat, “Ikrimah bin Abu Jahal akan datang ke tengah-tengah kalian semua sebagai mukmin dan muhajir.”
Tak berapa lama, Ikrimah dan istrinya tiba di majlis Rasulullah. Di hadapan beliau, Ikrimah mengucapkan syahadat.
“Demi Allah, tak satu sen pun dana yang telah saya keluarkan untuk memberantas agama Allah di masa lalu, melainkan mulai saat ini saya tebus dengan mengorbankan hartaku berlipat ganda demi agama Allah. Tak ada seorang pun mukmin yang gugur di tanganku, melainkan akan kutebus dengan membunuh kaum musyrikin berlipat ganda,” ujar Ikrimah.
Ikrimah menepati janji. Setelah masuk Islam, ia menjadi seorang hamba yang rajin beribadah. Seringkali dia menangis dengan air mata berlinang merenungi ayat-ayat suci Al-Qur’an yang dibacanya. Ia pun menggabungkan diri dalam setiap pasukan perang kaum muslimin di barisan paling depan.
Ketika terjadi perang Yarmuk, Ikrimah maju berperang seperti kesetanan. Melihat tindakan seperti itu, Khalid bin Walid yang menjadi panglima pasukan segera mengejar, “Ikrimah, engkau jangan bodoh! Kembali! Kematianmu adalah kerugian besar bagi kaum muslimin.”
Ikrimah tidak memperdulikan peringatan tersebut, “Biarkan saja, ya Khalid! Biarkan saya menebus dosa-dosa yang telah lalu. Saya telah memerangi Rasulullah dalam beberapa medan peperangan. Pantaskah setelah masuk Islam saya lari dari tentara Romawi ini? Tidak! Sekali-kali tidak!” Kemudian ia berteriak, “Siapakah yang berani mati bersama saya?”
Beberapa orang segera melompat ke samping Ikrimah. Kemudian menerjang ke depan, menghalau pasukan lawan yang terus maju. Akhirnya, walau korban berjatuhan mereka berhasil memukul mundur pasukan Romawi dengan kemenangan yang gemilang.
Di akhir pertempuran, di bumi Yarmuk berjejer tiga mujahid muslim terkapar dalam keadaan kritis! Mereka yang menderita luka-luka sangat parah itu adalah Al-Harits bin Hisyam, ‘Ayyasy bin Abi Rabiah, dan Ikrimah bin Abu Jahal.
Al-Harits minta air minum. Ketika air didekatkan ke mulutnya, ia melihat Ikrimah dalam keadaan seperti yang ia alami. “Berikan dulu kepada Ikrimah!” ujar Al-Harits.
Ketika air didekatkan ke mulut Ikrimah, ia melihat ‘Ayyasy menengok kepadanya. “Berikan dulu kepada ‘Ayyasy!” ujar Ikrimah.
Ketika air minum didekatkan ke mulut ‘Ayyasy, dia telah meninggal. Orang yang memberikan air minum segera kembali ke hadapan Harits dan Ikrimah, namun keduanya pun telah meninggal. [Dipublikasikan pertama kali di Sabili No. 7 Th. XI]

Abu Bakar yang Amanah


Abu Bakar ra dikenal memiliki kebiasaan hidup sangat sederhana. Pada suatu hari, seorang putra mahkota Yaman dalam pakaiannya yang mewah tiba di Madinah. Dilihatnya Abu Bakar hanya mengenakan dua lembar kain warna cokelat, yang selembar menutupi pinggang dan yang selembar lagi menutupi bagian badan yang lainnya. Putra mahkota itu begitu terharu melihat kesederhanaan khalifah, sehingga dia juga membuang pakaiannya yang indah itu. Dia berkata, “Di dalam Islam, saya tidak menikmati kepalsuan seperti ini.”
Abu Bakar selalu cermat dalam mengambil uang bantuan dari Baitul Mal. Beliau menggunakan secukupnya saja untuk keperluan hidup minimal setiap hari. Pernah isterinya minta manisan tapi Abu Bakar tidak punya uang lebih untuk membelinya. Untung, isterinya punya uang tabungan beberapa dirham, yang lalu diberikannya uang itu kepada Abu Bakar untuk membeli manisan.
Pada akhir perjalanan hidupnya, Abu Bakar bertanya kepada petugas Baitul Mal, berapa jumlah yang telah ia ambil sebagai uang tunjangan. Petugas itu memberi tahu bahwa beliau telah mengambil 6.000 dirham selama dua setengah tahun kekhalifahan. Ia lalu memerintahkan agar tanah miliknya dijual dan seluruh hasilnya diberikan kepada Baitul Mal. Amanatnya sebelum mangkat itu telah dilaksanakan. Dan untuk seekor unta dan sepotong baju seharga seperempat rupee milik pribadinya, ia amanatkan agar diberikan kepada khalifah baru setelah ia meninggal dunia. Ketika barang-barang tersebut dibawa kepada yang berhak, Umar yang baru saja menerima jabatan sebagai khalifah mengeluarkan air mata dan berkata, “Abu Bakar, engkau telah membuat tugas penggantimu menjadi sangat sulit.”
Pada malam sebelum meninggal, Abu Bakar bertanya pada putrinya Aisyah, berapa jumlah kain yang digunakan sebagai kain kafan Nabi. Aisyah menjawab, “Tiga.” Seketika itu juga ia bilang bahwa dua lembar yang masih melekat di badannya supaya dicuci, sedangkan satu lembar kekurangannya boleh dibeli. Dengan berurai air mata Aisyah berkata bahwa dia tidaklah sedemikian miskinnya, sehingga tidak mampu membeli kain kafan untuk ayahnya. Khalifah menjawab, kain yang baru lebih berguna bagi orang yang hidup dari pada orang yang sudah meninggal.
Referensi : Seratus Muslim Terkemuka, Jamil Ahmad

Kekuatan Sholat



Ada seorang lelaki yang merayu-rayu seorang wanita agar mau melakukan zina dengannya. Segala jurus tipu daya ia lakukan untuk meruntuhkan keteguhan iman sang wanita. Memang, lelaki itu ganteng sekali, ditambah lagi ia sangat kaya di kampungnya.
Wanita tersebut sebetulnya sudah bersuami. Ia adalah seorang istri yang taat kepada suaminya. Suaminya sendiri adalah seorang yang taat pula. Perihal rayuan lelaki itu ia adukan kepada suaminya. Sang suami menanggapi istrinya dengan tenang-tenang saja. ”Katakan kepada laki-laki itu bahwa engkau akan mau menuruti godaannya, yaitu berzina dengannya. Cuma, dia mesti memenuhi satu persyaratan dahulu”. Dengan patuh istrinya kemudian mendengarkan terus apa yang dikatakan oleh suami tercintanya. Setelah itu pergilah ia menemui laki-laki yang sering mengganggunya itu.
“Aku akan bercinta denganmu sebagaimana yang selalu engkau katakan kepadaku dalam rayuan-rayuanmu selama ini !” Mendengar kesediaan wanita itu, lelaki tersebut langsung berseri-seri wajahnya.
“Apapun akan kupenuhi demi kamu. Seandainya engkau punya permintaan, katakan. Aku akan memenuhi apa saja yang engkau inginkan dariku “.
”Baiklah, Aku tak meminta uang atau materi apapun. Permintaanku sederhana dan mudah saja. Sebelum kita sama-sama melakukan perbuatan itu, aku minta agar kamu mau melakukan sholat berjamaah bersama suamiku. Tidak banyak, hanya empat puluh subuh saja secara terus menerus. Tidak boleh terputus.” Mengetahui cuma itu permintaan si wanita, maka dengan bersemangat si laki-laki tersebut menyatakan kesangggupannya.
Hingga pada sholat subuh yang keempat puluh berlangsung, yakni setelah janji itu terpenuhi, maka si wanita telah bersiap-siap untuk memenuhi janjinya. Pergilah si wanita menemui laki-laki tersebut. Begitu mereka bertemu, apa yang terjadi ?
“Aku kini sudah bertaubat kepada Allah SWT, wahai perempuan ! Aku tidak mau lagi melakukan perbuatan terkutuk seperti itu ,” kata laki-laki itu. Mendengar cerita sang istri, perihal jawaban si laki-laki yang tempo hari menggodanya, sang suami wanita itu memanjatkan doa` kepada Allah SWT . “Maha Benar Allah SWT ! Firman-Nya adalah benar. Bahwa sholat dapat mencegah perbuatan keji dan mungkar.” (Diceritakan oleh Imam Naisaburi ra)

Takut Miskin? Bersedekahlah!


Salah seorang sahabat bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam; “Wahai Rasulullah, sedekah apakah yang paling utama? Beliau berkata: “Engkau bersedekah dalam keadaan sehat, bersemangat dan mengharapkan tetap ada (pada dirimu), serta khawatir mengalami kekurangan, dan engkau tidak menunda hingga setelah nyawa telah sampai di tenggorokan engkau mengatakan; untuk Fulan sekian dan untuk Fulan sekian. Dan sungguh harta tersebut telah menjadi milik Fulan.” (HR. Abu Dawud)
Dalam Al-Quran, Allah SWT juga berfirman, ”Engkau tak akan mendapatkan kebaikan apa pun hingga kalian menyedekahkan sebagian harta yang paling kalian cintai. Ketahuilah, apa pun yang kalian infakkan, Allah pasti mengetahuinya.” (Ali ‘Imran: 92).
Setiap manusia memiliki kecenderungan mencintai harta benda. Karena cinta inilah, mereka lalu berusaha mempertahankannya selama mungkin, bahkan kalau perlu, berusaha menambahnya terus-menerus. Namun, mencintai harta tidak selamanya dapat membuat orang bahagia. Tak jarang, harta justru membuatnya tidak tenang dan resah. Karena itulah, sedekah yang Nabi SAW anjurkan sebetulnya, selain untuk mendapatkan pahala di sisi Allah SWT, juga untuk membuat manusia itu tenang dan tenteram.
Kondisi sehat dan cinta terhadap harta, bisa menjadi penghambat seseorang untuk mengeluarkan sedekahnya. Padahal, menurut Nabi SAW justru pada saat-saat itulah, sedekah memiliki nilai yang utama di sisi Allah SWT. Pertama, kondisi sehat pada hakikatnya adalah nikmat dan karunia yang Allah SWT berikan kepada manusia. Karena itu, manusia mesti mensyukurinya dalam bentuk amaliah bermanfaat untuk dirinya dan orang lain. Seorang yang mensyukuri karunia sehat, akan menyadari kondisi sehat itu sebetulnya adalah kesempatan untuk berbuat baik.
Kedua, karunia sehat juga sekaligus menjadi ujian berat manusia. Karena terkadang, dalam keadaan ini, manusia sering lalai berbuat kebaikan. Sedekah pada saat-saat ini terasa begitu berat, karena selain keinginan untuk menikmatinya di kala sehat, ada keinginan kuat agar harta itu jangan dulu diberikan kepada orang lain. Dalam arti lain, menunda hingga waktu tertentu. Padahal, salah satu akhlak mulia Nabi SAW dalam masalah sedekah adalah mempercepat dalam memberikan sedekah itu. Pernah suatu ketika, Nabi SAW mempercepat shalatnya hingga membuat para sahabatnya bertanya-tanya. Setelah ditanya, beliau menjawab, ”Ketika shalat, aku teringat ada harta bendaku yang belum aku sedekahkan.” (HR Bukhari).
Harta bukan untuk ditumpuk, kemudian dinikmati sendiri. Ada kewajiban yang mesti dilakukan terhadap harta itu, agar harta yang diberikan Allah tidak sia-sia. Yakni, bisa menjadi bekal hidup, baik dunia maupun di akhirat. Keseimbangan dalam mengelola harta itulah yang ditekankan Rasulullah SAW. Harta memang miliknya, tapi di dalamnya juga ada milik orang lain yang mesti diberikan. Inilah yang terkadang berat dilakukan, karena menganggap harta benda yang dimiliki adalah hasil kerja keras yang harus dinikmati sendiri. Padahal, dalam harta seseorang sejatinya ada campur tangan dari Allah SWT. Karena itu, harta mesti dikelola sesuai dengan petunjuk Allah juga.
Rugi besar orang yang sudah dalam kesulitan tapi tidak bersedekah apalagi yang kaya…apalagi dia konglomerat. Masa depan suram bagi yang mampu tapi bergaya tidak mampu dengan tidak bersedekah. Tidak ada keuntungan bagi yang bergaya miskin dengan hanya menumpuk harta kekayaan tanpa infak dan shadaqah. Perhatikanlah peringatan dari Allah Sang Pemilik seluruh harta manusia dalam QS Ali Imran: 180: “Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karuniaNya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat. Dan kepunyaan Allah-lah segala warisan (yang ada) di langit dan di bumi. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Selamat dan sukseslah bagi anda yang tidak dikuasai oleh kebakhilan diri sebagaimana firman Allah dalam surah Al Hasyr ayat 9: “Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang orang yang beruntung “
Surga menunggu anda saudaraku yang hobi bershodaqoh. “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema’afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. (QS Ali ‘Imran: 133-134)

Ceritakan Nikmat Yang Anda Dapat!



Friday, 28 Jamadil Akhir 1431
Dan terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaklah kamu (Muhammad) siarkan“. (Ad-Dhuhaa: 11) Tahadduts bin ni’mah merupakan istilah yang sudah lazim dipakai untuk menggambarkan kebahagiaan seseorang atas kenikmatan yang diraihnya. Atas anugerah itu ia perlu menceritakan atau menyebut-nyebut dan memberitahukannya kepada orang lain sebagai implementasi rasa syukur yang mendalam. Perintah untuk menceritakan dan menyebut-nyebut kenikmatan pada ayat di atas, pertama kali memang ditujukan khusus untuk Rasulullah saw. Namun, perintah dalam ayat ini tetap berlaku umum berdasarkan kaedah “amrun lir Rasul Amrun li Ummatihi” (perintah yang ditujukan kepada Rasulullah, juga perintah yang berlaku untuk umatnya secara prioritas).
Ibnu Katsir mengemukakan dalam kitab tafsirnya, berdasarkan korelasi ayat per ayat dalam surah Ad-Dhuha, “Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungimu. Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu Dia memberimu petunjuk. Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu Dia memberikan kecukupan. Oleh karena itu, siarkanlah segala jenis kenikmatan tersebut dengan memujinya, mensyukurinya, menyebutnya, dan menceritakannya sebagai bentuk i’tiraf (pengakuan) atas seluruh nikmat tersebut.”
Para ulama tafsir sepakat bahwa pembicaraan ayat ini dalam konteks mensyukuri nikmat yang lebih tinggi dalam bentuk sikap dan implementasinya. Az-Zamakhsyari, misalnya, memahami tahadduts bin ni’mah dalam arti mensyukuri segala nikmat yang dianugerahkan oleh Allah dan menyiarkannya. Lebih luas lagi Abu Su’ud menyebutkan, tahadduts bin ni’mah berarti mensyukuri nikmat, menyebarkannya, menampakkan nikmat, dan memberitahukannya kepada orang lain.
Dalam konteks itu, Ibnul Qayyim dalam bukunya Madrijus Salikin mengemukakan korelasi makna antara memuji dan menyebut nikmat. Menurut beliau, memuji pemberi nikmat bisa dibagikan dalam dua bentuk: memuji secara umum dan memuji secara khusus. Memuji secara umum adalah dengan memuji sang pemberi nikmat sebagai yang dermawan, baik dan luas pemberiannya. Sedangkan memuji yang bersifat khusus adalah dengan memberitahukan dan menceritakan kenikmatan tersebut. Sehingga tahadduts bin ni’mat merupakan bentuk tertinggi dari memuji Allah Zat Pemberi nikmat.
Berdasarkan makna ayat di atas, mayoritas ulama salaf menganjurkan agar memberitahukan kebaikan yang dilakukan oleh seseorang jika ia mampu menghindarkan diri dari sifat riya’ dan agar bisa dijadikan contoh oleh orang lain. Sehingga secara hukum, tahadduts bin ni’mah dapat dibagi kepada dua kategori: jika terhindar dari fitnah riya’, ujub, dan tidak akan memunculkan kedengkian pada orang lain, maka sangat dianjurkan untuk menyebut dan menceritakan kenikmatan yang diterima oleh seseorang.
Namun, jika dikhawatirkan akan menimbulkan rasa dengki, dan untuk menghindarkan kerusakan akibat kedengkian dan tipu muslihat orang lain, maka menyembunyikan nikmat dalam hal ini bukan termasuk sikap kufur nikmat. Lebih tegas Imam Asy-Syaukani berpendapat bahwa tahadduts bin ni’mah bukan termasuk bagian dari tafaakhur (berbangga-bangga) maupun takabbur yang sangat dibenci oleh Allah swt. seperti dalam firmanNya, “Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri”. (Luqman: 18)
Tahadduts bin ni’mah dalam konteks yang lebih luas, tidak hanya atas kenikmatan materi yang diterima seseorang. Atas kesungguhan beribadah dan taufiq untuk menjalankan amal shalih juga layak dan tidak ada salahnya untuk diceritakan dan diberitahukan kepada orang lain. Ini sebagai sebuah ungkapan rasa syukur dan agar bisa ditiru serta dijadikan contoh. Namun, tentu kepada mereka yang diharapkan mengikuti kebaikan dan amal shalih tersebut.
Al-Hasan bin Ali mengemukakan pernyataannya tentang hal itu, “Jika engkau mendapatkan kebaikan atau melakukan kebaikan, maka sebutlah dan ceritakanlah di depan saudaramu yang kamu percayai bahwa ia akan mengikuti jejak yang baik tersebut.” Kebiasaan seperti ini pernah dilakukan oleh Abu Firas, Abdullah bin Ghalib, seperti yang dituturkan oleh Imam Al-Qurthubi dalam tafsirnya, “Setiap kali aku bangun pagi, aku biasa menyebut amal yang aku lakukan di malam hari; aku sholat sekian, berdzikir sekian, membaca Al-Qur’an sekian dan sebagainya.” Ketika para sahabatnya mempertanyakan yang dilakukan oleh Abu Firas termasuk dalam kategori riya’, dengan tenang ia menjawab, “Allah memerintahkan dalam ayat-Nya untuk menceritakan kenikmatan, sedangkan kalian melarang untuk menyebut kenikmatan?”
Di sini sangat jelas bahwa tahadduts bin ni’mah merupakan salah satu kendali agar tidak terjerumus ke dalam kelompok yang dikecam oleh Allah karena menyembunyikan nikmat dan mengingkarinya serta tidak mengakui anugerah tersebut berasal dari Allah swt. Allah berfirman, “Mereka mengetahui nikmat Allah, kemudian mereka mengingkarinya dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang kafir.” (An-Nahl: 83).
Tentang penduduk Negeri Saba’ yang ingkar dan enggan mensyukuri nikmat, Allah menggambarkan akhir kehidupan mereka yang mendapat azab. “Sesungguhnya bagi kaum Saba’ ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman mereka, yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. (kepada mereka dikatakan): Makanlah olehmu dari rezeki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang Maha Pengampun. Tetapi mereka berpaling, maka Kami datangkan kepada mereka banjir yang besar dan Kami ganti kedua kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon-pohon) yang berbuah pahit, pohon Atsl dan sedikit dari pohon Sidr. Demikianlah Kami memberi balasan kepada mereka karena kekafiran mereka. Dan Kami tidak menjatuhkan azab (yang demikian itu), melainkan hanya kepada orang-orang yang sangat kafir.” (Saba’: 15-17)
Dalam beberapa hadits Rasulullah dinyatakan bahwa Tahadduts dengan kenikmatan yang diraih merupakan salah satu dari impelemtasi syukur seorang hamba kepada Sang Pemberi nikmat, yaitu Allah. Dalam hal ini, At-Tirmidzi menukil sebuah hadits yang diriwayatkan dari Jabir bin Abdullah bahwa ia berkata, “Barangsiapa yang diberi kebaikan (kenikmatan), hendaklah ia membalasnya; Jika ia tidak punya sesuatu untuk membalasnya, hendaklah ia memuji pemberinya. Karena sesungguhnya apabila ia memuji berarti ia telah mensyukuri dan berterima kasih kepadanya. Akantetapi, jika ia menyembunyikannya, berarti ia telah mengingkari kebaikannya.” Dalam hadits lain dijelaskan masing-masing bentuk implementasi syukur secara lebih terperinci:
عَنِ النُّعْمَانِ بْنِ بَشِيرٍ قَالَ :قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى الْمِنْبَرِ مَنْ لَمْ يَشْكُرْ الْقَلِيلَ لَمْ يَشْكُرْ الْكَثِيرَ وَمَنْ لَمْ يَشْكُرْ النَّاسَ لَمْ يَشْكُرْ اللَّهَ التَّحَدُّثُ بِنِعْمَةِ اللَّهِ شُكْرٌ وَتَرْكُهَا كُفْرٌ وَالْجَمَاعَةُ رَحْمَةٌ وَالْفُرْقَةُ عَذَابٌ
Dari An-Nu’man bin Basyir berkata, “Rasulullah saw. berkhutbah di atas mimbar menyampaikan sabdanya: ‘Barangsiapa tidak mensyukuri yang sedikit, berarti tidak bisa mensyukuri yang banyak. Barangsiapa tidak berterima kasih kepada manusia, berarti ia tidak bersyukur kepada Allah. Sesungguhnya menyebut-nyebut nikmat Allah adalah bersyukur dan meninggalkannya adalah kufur. Bersatu akan membawa rahmat dan bercerai-berai akan mendatangkan adzab’.” (Musnad Imam Ahmad, no. 17721)
Adalah anugerah Allah jika kita diberi kemampuan dan taufiq untuk senantiasa mensyukuri segala nikmatNya. Al-Hasan Al-Basri pernah berpesan, “Perbanyaklah oleh kalian menyebut-nyebut nikmat, karena sesungguhnya menyebut-nyebutnya sama dengan mensyukurinya.” Memang memperlihatkan kenikmatan merupakan sesuatu yang sangat dipuji oleh Allah karena Allah sangat cinta kepada hambaNya yang diberi nikmat lantas ia menampakkan atau memperlihatkan nikmat tersebut dalam sikap atau penampilan.
Rasulullah pernah menegur seorang sahabat yang berpenampilan jauh dan bertentangan dengan kenikmatan yang diterimanya. Seperti yang dikisahkan oleh Imam Al-Baihaqi bahwa salah seorang sahabat pernah datang menemui Rasulullah saw. dengan berpakaian lusuh dan kumal serta berpenampilan yang membuat sedih orang yang memandangnya. Melihat keadaan demikian, Rasulullah bertanya, “Apakah kamu memiliki harta?” Sahabat tersebut menjawab, “Ya, Alhamdulillah, Allah melimpahkan harta yang cukup kepadaku.” Maka Rasulullah berpesan, “Perlihatkanlah nikmat Allah tersebut dalam penampilanmu.” (Syu’abul Iman, Al-Baihaqi)
Mudah-mudahan kenikmatan yang semakin banyak mengalir mewarnai kehidupan kita, mampu kita jadikan sebagai modal untuk memperkuat dan memperbaiki semangat pengabdian kita kepada Allah dalam bentuk amal sholeh yang diridhoiNya. Tahadduts bin ni’mah yang kita lakukan semata untuk mendapatkan perhatian Allah, bukan perhatian dan pujian dari manusia. Namun begitu, harapan dari tahadduts bin ni’mah tersebut semoga akan bisa membangkitkan semangat orang lain untuk sama-sama menghadirkan kebaikan dan kemaslahatan pada bangsa tercinta ini.

Dr. Attabiq Lutfi, MA

Dakwatuna

Pertahankan Nilai-nilai Ramadhan!



Ramadhan memang telah meninggalkan kita. Namun dia juga meninggalkan nilai-nilai yang amat berharga dan jangan sampai kita tinggalkan. Ada empat peninggalan ramadhan yang saya yakin anda sudah siap mempertahankannya:
Nilai Keimanan
Kepercayaan dan keyakinan kepada seruan-seruan dan janji-janji Allah semakin menguat
Keimanan yang semakin memenuhi hati mampu menyuplai semangat ke segenap bagian tubuh untuk membuktikannya dalam bentuk ketaatan. Hati hanya layak mengagungkan Allah dan menghinakan diri hanya pada-Nya. Hati hanya layak pasrah dan tunduk pada Allah saja. Semangat yang begitu besar seakan tak peduli dengan rasa lapar karena seluruh shooimin hatinya sudah terpaut kuat dengan ridlo Allah ’Azza wa Jalla.
Keikhlasan telah menjadi ruh yang menggerakkan seluruh harapan dan berbagai aspek kehidupan tertuju hanya kepada Allah. Inilah peninggalan ramadhan yang sangat mahal karena seluruh sisi kehidupan tanpa keikhlasan hanya sia-sia tak bermakna dan tidak bernilai bahkan bisa membahayakan bagi hidup duniawi dan ukhrawi.
Nilai Ibadah
Suasana di bulan ramadhan tampak jelas semarak ibadah sampai tidak kenal waktu. Gelombang semangat ibadah menyapu habis kemalasan yang selama ini menghambat aktivitas-aktivitas ibadah. Anda pasti merasakan dan melakoni hal tersebut, luar biasa!
Terasa sekali ibadah itu bukan semata-mata kewajiban yang memberatkan tapi kebutuhan primer bagi jiwa yang hidup agar sehat dan tetap hidup. Hidup jadi hidup dengan ibadah. Manusia sungguhan diuukur sejauh mana kualitas dan kuantitas ibadahnya.
Ramadhan telah membuka tabir penghalang sehingga jelas apa sebenarnya ibadah itu. Ibadah itu bukanlah beban yang merepotkan tapi justru adanya ibadah itu untuk meringankan, agar hidup semakin mudah dan bahagia karena Yang Maha Hidup menganugrahkan pertolongan dan rahmat-Nya. Ibadah itu ringan dan simpel. Hebat, kaum Muslimin memerankan diri sebagai hamba yang khusyu’, gembira melakukan berbagai bentuk ibadah.
Nilai Akhlak
Subhanallah! penampilan penuh pesona mewarnai para shoimin. Menahan emosi..menahan marah, tapi memunculkan kelembutan, kasihsayang sehingga di mana-mana terasa ketentraman. Di rumah tercipta kebahagiaan. Di kantor semakin kental rasa kebersamaan. Di sekolah semakin kuat rasa persahabatan dan di manapun hamba yang sedang berpuasa menjadi penyejuk hati bagi yang dekat dengannya.
Ramadhan saat yang mengkondisi para shoim untuk tampil terbaik dengan sifat-sifat mulia, jauh dari dengki dan sikap sewenang-wenang.
Nilai Sosial
Di bulan Ramadhan rasa ukhuwah, persaudaraan amat terasa eratnya. Sikap sombong, meremehkan orang lain menjadi barang yang tak ada lagi di pasaran. Yang ada adalah sikap saling menghargai, saling sapa, senyum dan kerjasama dalam berbuat kebaikan. Sikap individualistis menjadi barang yang tidak laku lagi di pasaran. Yang ada adalah semangat berbagi dan saling tolong menolang.
Semua menyadari kekuatan itu bukan pada semangat menonjolkan diri tapi ada pada kebersamaan. Betapa senangnya berbuka bersama baik di rumah, di kantor atau di masjid.
Ramadhan, cuma satu bulan. Tiba-tiba ia sudah pergi. Memang kita tidak akan mampu menahan waktu tapi tahanlah semangat ramadhanmu yang luar biasa itu!

Tadabbur QS Al-Buruj: 1-9

Surat Al Buruuj terdiri atas 22 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyyah diturunkan sesudah surat Asy-Syams. Dinamai Al Buruuj (gugusan bintang) diambil dari perkataan Al-Buruuj yang terdapat pada ayat 1 surat ini. Surat Al-Buruuj berbicara tentang sikap dan tindakan-tindakan orang-orang kafir terhadap orang-orang yang mengikuti seruan para rasul; bukti-bukti kekuasaan dan keesaan Allah; isyarat dari Allah bahwa orang-orang kafir Mekah akan ditimpa azab sebagaimana kaum Fir’aun dan Tsamud telah ditimpa azab; dan jaminan Allah terhadap kemurnian Al- Quran.
Tadabbur ayat 1-3
1. Demi langit yang mempunyai gugusan bintang, 2. dan hari yang dijanjikan, 3. dan yang menyaksikan dan yang disaksikan.
Imam Ibnu Katsir menyebutkan bahwa Allah swt telah bersumpah dengan langit yang memiliki gugusan bintang. Allah juga bersumpah dengan tiga hari penting: al-Yaum al-Mau’ud, Syaahid, dan Masyhuud. Tiga hari yang dimaksud adalah hari kiamat, hari Jumat dan hari Arafah, berdasarkan hadits Nabi saw dari Abu Malik al- Asy’Ary. “Dari Abu hurairah ra berkata: Nabi saw bersabda: al-Yaum al-Mau’ud adalah hari kiamat, Masyhud adalah hari Arafah, dan Syahid adalah hari Jumat (HR. Tirmidzi)
1. Hari Kiamat
Allah swt bersumpah dengan Hari Kiamat karena hari ini adalah batas akhir perjuangan kehidupan, batas akhir periode dunia. Allah swt sangat sering mengingatkan manusia akan kelalaiannya terhadap hari ini, misalnya ketika Allah berfirman: “Sungguh telah rugilah orang-orang yang mendustakan pertemuan mereka dengan Tuhan; sehingga apabila kiamat datang kepada mereka dengan tiba-tiba, mereka berkata: “Alangkah besarnya penyesalan kami, terhadap kelalaian kami terhadap kiamat ini!”, sambil mereka memikul dosa-dosa di atas punggungnya. Ingatlah, amat buruklah apa yang mereka pikul itu.( QS. al-An’am: 31)
Salah satu sifat hari kiamat adalah tiba-tiba. Tak seorang pun mengetahui sekalipun Nabi saw. Ketika Jibril menanyakan kepada beliau tentang Hari Kiamat, beliau hanya menjawab, “Tidaklah yang ditanya lebih mengtahui daripada yang menanyakan.” (HR. Bukhari dan Muslim). Ini adalah hujjah bagi siapa saja yang mengklaim mengetahui kapan Hari Kiamat akan terjadi.
2. Hari Jum’at
Allah SWT memuliakan hari jumat dan menyuruh kita untuk memperbanyak ibadah pada hari itu. Dalam sebuah hadits mursal, seorang ulama dari kalangan tabi’in meriwayatkan dari Nabi bahwa hari Jum’at adalah penghulu dari segala hari. Dalam hadits Abu Hurairah, disebutkan bahwa kejadian maha dahsyat ada atau terjadi pada hari Jum’at. Allah bersumpah dengan hari Jumat karena kedudukannya yang paling mulia dari sekalian hari. Pada hari Jumat, kita juga dianjurkan oleh Nabi saw agar memperbanyak ibadah seperti membaca shalawat, membaca surat Al-Kahfi, dan memperbanyak doa.
3. Hari Arafah
Allah juga bersumpah dengan hari Arafah, yang merupakan bagian terpenting pada rukun haji. Hari ini juga memberikan spirit yang kuat bagi umat islam karena pada hari itu, orang yang berhaji wukuf di arafah sedangkan yang tidak berhaji disunnahkan untuk berpuasa. Luar biasa, hari itu adalah hari persaudaraan semua umat muslim yang mendunia tanpa terkecuali, baik yang haji maupun yang tidak. Semua saling merasakan fadhilah hari Arafah. Namun yang perlu dievaluasi, spirit yang ada pada hari itu nampaknya belum berkesan bagi banyak umat muslim. Hal ini nampak dari para jamaah haji yang pulang tidak membawa spirit itu. Sebagaimana diketahui, Indonesia memberangkatkan jamaah haji paling banyak akan tetapi loyalitas persaudaraan sesama muslim masih belum berubah. Satu sama lain masih saling beradu kepentingan. Tidakkah kita ingat bahwa Allah telah bersumpah dengan hari Arafah yang memiliki makna penting dalam kehidupan umat islam?
Tadabbur ayat 4-9 tentang kisah Ashabul Ukhdud
4. Binasa dan terlaknatlah orang-orang yang membuat parit, 5. yang berapi (dinyalakan dengan) kayu bakar, 6. ketika mereka duduk di sekitarnya, 7. sedang mereka menyaksikan apa yang mereka perbuat terhadap orang-orang yang beriman, 8. dan mereka tidak menyiksa orang-orang mukmin itu melainkan karena orang-orang mukmin itu beriman kepada Allah yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji, 9. yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; dan Allah Maha menyaksikan segala sesuatu.
Kemudian Allah menceritakan kepada kita kisah orang-orang yang mempertahankan ideologi tauhidnya dihadapan tirani yang zhalim ketika itu. Ini adalah kisah yang diriwayatkan oleh Suhaib ra dari Nabi saw sebagai berikut.
Dahulu ada seorang raja yang mengaku sebagai tuhan. Dia memiliki tukang sihir yang sudah tua. Si tukang sihir meminta agar dicarikan seorang pemuda untuk diajari sihir untuk menjadi penggantinya kelak. Akhirnya ada seorang pemuda yang cerdas mau mengabdikan dirinya menjadi murid penyihir raja. Antara rumah pemuda tersebut dengan tempat penyihir ada seorang rahib (orang alim). Pemuda tersebut selain mempelajari sihir juga menimba ilmu kepada sang rahib hingga ia ragu-ragu dengan sihir yang ia pelajari. Suatu hari penduduk kampung tidak bisa melewati jalan karena disana ada seekor binatang besar yang menghalangi jalan. Secara kebetulan juga pemuda tersebut akan melewati jalan itu. Dengan serta merta penduduk kampung meminta bantuan kepada pemuda tersebut karena mereka tahu bahwa sang pemuda adalah murid penyihir raja. Kemudian pemuda itupun berdoa: ”Ya Allah, jika ilmu yang aku dapatkan dari rahib lebih engkau cintai maka singkirkanlah binatang itu.” Kemudian ia mengambil batu dan melempar binatang itu, maka binatang itu pun kena dan mati. Melihat kejadian tersebut maka penduduk kampung mengelu-elukan kehebatan sihir yang dimiliki sang pemuda. Tetapi dengan cepat pemuda itu menyangkal seraya berkata bahwa itu bukan sihir, akan tetapi itu atas bantuan Allah. Kemudian pemuda tersebut mengajak masyarakat untuk menyembah Allah yang menguasai alam semesta.
Sejak itulah tersebar di tengah-tengah masyarakat kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh pemuda tersebut sehingga membuat penasehat raja yang buta ingin tahu dan mencoba untuk mencari obat. Akhirnya penasehat raja bergegas menemui pemuda tersebut di rumahnya. Ia menjanjikan kepada pemuda, jika ia mampu menyembuhkan akan diberikan hadiah apa saja. Sang pemuda dengan tawadhu menjawab bahwa ia tidak bisa menyembuhkan siapapun. Yang menyembuhkan penyakit adalah Allah.
“Jika engkau beriman kepada-Nya saya akan berdo’a kepada Allah swt agar Dia menyembuhkanmu.” Maka orang buta tadi beriman dan sembuh. Namun kabar ini terdengar oleh raja yang mengaku sebagi tuhan.
“Wahai Fulan, siapa yang menyembuhkanmu?“ tanya raja kepada si buta. “Allah, tuhanku dan tuhanmu,” jawab si buta. Sang raja pun marah dan mengazab orang buta yang beriman tadi. Lalu ia bertanya kepada sang pemuda, “Wahai pemuda, sampaikanlah kepadaku bagaimana kamu menyembuhkan penyakit?” Maka sang pemuda menjawab, ”Saya tidak menyembuhkan siapa-siapa. Allahlah yang menyembuhkan.” Raja pun marah dan mengorek keterangan lebih lanjut darimana pemuda tadi belajar. Kemudian pemuda tadi memberitahukan bahwa ia belajar kepada rahib. Akhirnya rahib pun didatangkan ke istana dan raja meminta kepada rahib itu agar kembali kepada ajaran sang raja yang mengaku dirinya sebagai tuhan. Sang pendeta tetap istiqomah pada pendiriannya, hingga raja menyiksanya sampai mati.
Giliran pemuda yang diajak kembali mengikuti keinginan raja, akan tetapi ia tetap istiqomah dan teguh pendirian. Akhirnya raja marah dan memerintahkan kepada bala tentaranya untuk membawanya ke puncak gunung. Jika ia mau kembali ke ajaran raja maka ia akan selamat. Tetapi kalau tidak maka ia akan dijatuhkan kedalam jurang.
Saat itulah pemuda itu berdoa, “Ya Allah, aku serahkan urusan mereka kepada-Mu”. Akhirnya Allah menghancurkan mereka.
Kemudian pemuda itu kembali ke istana. Rajapun merasa heran, lalu pemuda itu dibawa ke tengah lautan untuk ditenggelamkan. Tetapi Allah justru menenggelamkan para bala tentara, sedangkan sang pemuda kembali ke istana.
Raja semakin bingung dan mencoba membunuh pemuda tersebut, tetapi tidak bisa. Akhirnya dengan besar hati sang pemuda memberitahukan cara kematiannya yaitu dengan cara memanahnya sambil mengucapkan dihadapan umum: “Dengan nama Allah, tuhan sang pemuda”. Dengan cara itu, terbunuhlah sang pemuda.
Mengetahui hal itu, rakyat menjadi beriman. Raja pun murka, dan memerintahkan agar dibuat parit yang diisi dengan api yang menyala-nyala. Lalu raja menyuruh orang-orang yang telah beriman untuk kembali murtad atau jika tidak mereka akan dilemparkan kedalam parit. Tetapi mereka memilih untuk dimasukkan kedalam parit daripada kembali murtad. Diantara mereka terdapat seorang wanita yang sedang menyusui, lalu anaknya yang masih menyusu bisa berkata-kata: “Bersabarlah, wahai ibu. Sesungguhnya kamu dalam kebenaran.” Maka semua orang yang beriman tadi pun dimasukkan ke dalam parit.
Dr. Ali Ash Shalaby dalam bukunya fiqhut tamkin wan nashr (fikih kejayaan dan kemenangan) mengatakan bahwa kemenangan yang dialami pemuda tadi adalah kemenangan yang hakiki karena risalah dakwahnya pemuda itu tersebar kepada semua orang, meskipun secara lahiriyah pemuda ini kalah.

Puasa Itu Memang untuk Orang-Orang Beriman

Hai orang-orang yang beriman, telah diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu menjadi orang yang bertakwa“. (Al-Baqarah: 183)
Ramadhan adalah ” الشهر كله “, bulan segala kebaikan: bulan ampunan, bulan tarbiyah (pembinaan), bulan dzikir dan doa, bulan Al-Qur’an, bulan kesabaran, bulan dakwah dan jihad. Masih banyak lagi makna-makna lain bulan Ramadhan yang memberikan tambahan kebaikan dan manfaat yang luar biasa bagi kehidupan dunia dan akhirat kaum beriman.
Seluruh kebaikan dan keutamaan itu, dalam bahasa Rasulullah, diistilahkan dengan ‘syahrun mubarak‘. Ini seperti yang tersebut dalam sebuah haditsnya, “Akan datang kepada kalian bulan Ramadhan, bulan mubarak. Allah mewajibkan di dalamnya berpuasa. Pada bulan itu dibukakan untuk kalian pintu-pintu surga dan ditutup pintu-pintu neraka, setan-setan dibelenggu, serta pada salah satu malamnya terdapat malam yang lebih baik daripada seribu bulan, yaitu lailatul qadar. Barangsiapa yang terhalang untuk mendapatkan kebaikan di bulan itu, maka ia telah terhalang selamanya.” (Ahmad dan Nasa’i)
Mubarak dalam konteks Ramadhan artinya ‘ziyadatul khairat‘, bertambahnya pahala yang dijanjikan oleh Allah bagi para pemburu kebaikan dan semakin sempitnya ruang dan peluang dosa dan kemaksiatan di sepanjang bulan tersebut. Sungguh satu kesempatan yang tiada duanya dalam setahun perjalanan kehidupan manusia.
Ayat di atas yang mengawali pembicaraan tentang puasa Ramadhan jika dicermati secara redaksional mengisyaratkan beberapa hal, di antaranya: pertama, hanya ayat puasa yang diawali dengan seruan ‘Hai orang-orang yang beriman’. Sungguh bukti kedekatan dan sentuhan Allah terhadap hambaNya yang beriman dengan mewajibkan mereka berpuasa, tentu tidak lain adalah untuk meningkatkan derajat mereka menuju pribadi yang bertakwa ‘La’allakum tattaqun‘.
Ibnu Mas’ud ra merumuskan sebuah kaidah dalam memahami ayat Al-Qur’an yang diawali dengan seruan ‘Hai orang-orang yang beriman’, “Jika kalian mendengar atau membaca ayat Al-Qur’an yang diawali dengan seruan ‘hai orang-orang yang beriman‘, maka perhatikanlah dengan seksama; karena setelah seruan itu tidak lain adalah sebuah kebaikan yang Allah perintahkan, atau sebuah keburukan yang Allah larang.” Keduanya, perintah dan larangan, diperuntukkan untuk kebaikan orang-orang yang beriman. Memang hanya orang yang beriman yang mampu berpuasa dengan baik dan benar.
Kedua, bentuk perintah puasa dalam ayat di atas merupakan bentuk perintah tidak langsung dengan redaksi yang pasif: ‘telah diwajibkan atas kalian berpuasa‘. Berbeda dengan perintah ibadah yang lainnya yang menggunakan perintah langsung, misalnya shalat dan zakat: ‘Dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat‘. Demikian juga haji: ‘Dan sempurnakanlah haji dan umrah kalian karena Allah‘. Redaksi sedemikian ini memang untuk menguji sensitifitas orang-orang yang beriman bahwa bentuk perintah apapun dan dengan redaksi bagaimanapun pada prinsipnya merupakan sebuah perintah yang harus dijalankan dengan penuh rasa ‘iman‘ tanpa ada bantahan sedikitpun, kecuali pada tataran teknis aplikasinya.
Ketiga, motivasi utama dalam menjalankan perintah beribadah dari Allah sesungguhnya adalah atas dasar iman -lihat yang kalimat ‘Hai orang-orang yang beriman‘– bukan karena besar dan banyaknya pahala yang disediakan. Sebab, pahala itu rahasia dan hak prerogatif Allah yang tentunya sesuai dengan tingkat kesukaran dan kepayahan ibadah tersebut. Rasulullah saw. bersabda, “Pahala itu ditentukan oleh tingkat kesukaran dan kepayahan seseorang menjalankan ibadah tersebut.”
Dalam konteks ini, hadits yang seharusnya memotivasi orang yang beriman dalam berpuasa yang paling tinggi adalah karena balasan ampunan ‘maghfirah‘ yang disediakan oleh Allah swt. Bukan balasan yang sifatnya rinci seperti yang terjadi pada hadits-hadits lemah atau palsu seputar puasa, karena tidak ada yang lebih tinggi dari ampunan Allah baik dalam konteks shiyam (puasa) maupun qiyam (shalat malam) di bulan Ramadhan. Rasulullah bersabda tentang shiyam, “Barangsiapa yang berpuasa karena iman dan semata-mata mengharapkan ridha Allah, maka sungguh ia telah diampuni dosa-dosanya yang terdahulu”. (Muttafaqun Alaih). Dengan redaksi yang sama, Rasulullah bersabda juga tentang qiyam di bulan Ramadhan, “Barangsiapa yang shalat malam (qiyam) di bulan Ramadhan karena iman dan semata mengharapkan ridha Allah, maka sungguh ia telah diampuni dosa-dosanya yang terdahulu.” (Muttafaqun Alaih). Demikian juga doa yang paling banyak dibaca oleh Rasulullah di bulan puasa adalah “Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf dan mencintai maaf, maka maafkanlah aku.” Ampunan Allahlah yang menjadi kunci dan syarat utama seseorang dimasukkan ke dalam surga.
Yang juga menarik untuk ditadabburi adalah ibadah puasa merupakan ibadah kolektif para umat terdahulu sebelum Islam; ‘sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian‘. Hal ini menunjukkan bahwa secara historis, puasa merupakan sarana peningkatan kualitas iman seseorang di hadapan Allah yang telah berlangsung sekian lama dalam seluruh ajaran agama samawi-Nya. Puasalah yang telah mampu mempertahankan dan bahkan meningkatkan sisi kebaikan umat terdahulu yang kemudian dikekalkan syariat ini bagi umat akhir zaman. Prof. Mutawalli Sya’rawi menyimpulkan bahwa syariat puasa telah lama menjadi ‘rukun ta’abbudi‘ pondasi penghambaan kepada Allah dan merupakan instrumen utama dalam pembinaan umat terdahulu. Dalam bahasa Rasulullah saw. seperti termaktub dalam haditsnya, “Puasa adalah benteng. Apabila salah seorang di antara kamu berpuasa pada hari tersebut, maka janganlah ia berkata kotor atau berbuat jahat. Jika ada seseorang yang mencaci atau mengajaknya berkelahi, maka hendaklah ia mengatakan (dengan sadar): ‘Aku sedang berpuasa’.” (Bukhari Muslim)
Ungkapan ‘agar kalian menjadi orang yang bertakwa‘ pada petikan terakhir ayat pertama dari ayat puasa merupakan harapan sekaligus jaminan Allah bagi ‘orang-orang yang beriman‘ dalam seluruh aspek dan dimensinya secara totalitas. Sebab, mereka akan beralih meningkat menuju level berikutnya, yaitu pribadi yang muttaqin yang tiada balasan lain bagi mereka melainkan surga Allah tanpa ‘syarat‘ karena mereka telah berhasil melalui ujian-ujian perintah dan larangan ketika mereka berada pada level mukmin. Allah swt. berfirman tentang orang-orang yang bertakwa, “Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa akan berada di dalam surga dan kenikmatan.” (Ath-Thur: 17). “Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa akan berada di taman-taman surga dan di mata air-mata air.” (Adz-Dzariyat: 15). “Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa akan berada di tempat yang aman, yaitu di dalam taman-taman dan mata air-mata air.” (Ad-Dukhan: 51-52)
Itulah hakikat kewajiban puasa yang tersebut pada ayat pertama dari ayatush shiyam: perintah puasa adalah ditujukan untuk orang yang beriman. Berpuasa hanya akan mampu dijalankan dengan baik dan benar oleh orang-orang yang benar-benar beriman. Motivasi menjalankan amaliah Ramadhan juga karena iman. Orang-orang beriman yang sukses akan diangkat oleh Allah menuju derajat yang paling tinggi di hadapan-Nya, yaitu muttaqin. Semoga kita termasuk yang akan mendapatkan predikat muttaqin setelah sukses menjalankan ibadah Ramadhan dengan penuh iman dan ihtisaban.

Dr.Attabiq Lutfi, MA

Dakwatuna

Mewaspadai Pintu Masuk Setan

Mewaspadai Pintu Masuk Setan
  Oleh H. ZulhamdiM. Saad, Lc

الحمد لله غافر الذنب وقابل التوب شديد العقاب، ذي الطول لا إله إلا هو إليه المصير. وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، شهادة معترف بالذنب والتقصير، سائل العفو والزلفى وحسن المآب يوم المصير. وأشهد أن محمدًا عبده ورسوله وأمينه على وحيه خير بشير، وأشفق نذير. اللهم صل وسلم على عبدك ورسولك محمد وعلى آله وأصحابه، نعم الصحب له، ونعم القدوة لمن طلب الفوز والنجاة في يوم عسير. أما بعد: فيا أيها المسلمون اتقوا الله تعالى في السر و العلن ، يا أيها الذين آمنوا اتقو الله حق تقاته و لا تموتن إلا و أنتم مسلمون.

Hadirin Jamaah sholat Jumat yang dirahmati Allah.

Marilah pada kesempatan jumat ini, kita kembali berupaya untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah. Takwa yang terlahir dari pemahaman yang benar dan ketundukan yang ikhlas, sehingga setiap kewajiban yang dilakukan dan setiap larangan yang ditinggalkan tidaklah dilakukan kecuali semakin menguatkan dan meningkatkan iman dan takwa kepada Allah serta melahirkan nilai-nilai mulia dalam kehidupan. Suatu perbutan dan amal kebajikan yang terlahir dari ketakwaan akan memberikan manfaat yang besar dalam kehidupan.

Hadirin yang dimuliakan Allah.

Sesungguhnya setiap detik dari hidup kita, setiap hembusan nafas, setiap pikiran yang yang tersirat, setiap amal perbuatan yang kita kerjakan, tidak akan pernah lepas dari upaya setan untuk menggoda, menyesatkan, menyelewengkan dari tujuan yang benar dan menggiring kepada dosa dan maksiat. Kita mungkin tidak menyadari dan memang tanpa kita sadari, setan terus berupaya menenggelamkan, menghanyutkan kita agar semakin jauh dari jalan yang benar, meninggalkan ketaatan secara perlahan dan halus, tanpa terasa oleh kita. Dan itulah tugas utama setan dan iblis, sebagai mana ia telah terusir dari surga dan terjauhkan dari rahmat Allah maka diapun ingin menjauhkan manusia dari dari rahmat Allah dan kemudian sesat bersamanya. Begitulah ungkapan setan ketika mendapatkan laknat Allah:

قَالَ فَاخْرُجْ مِنْهَا فَإِنَّكَ رَجِيمٌ (77) وَإِنَّ عَلَيْكَ لَعْنَتِي إِلَى يَوْمِ الدِّينِ (78) قَالَ رَبِّ فَأَنْظِرْنِي إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ (79) قَالَ فَإِنَّكَ مِنَ الْمُنْظَرِينَ (80) إِلَى يَوْمِ الْوَقْتِ الْمَعْلُومِ (81) قَالَ فَبِعِزَّتِكَ لَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ (82) إِلَّا عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِينَ (83)

Allah berfirman: "Maka keluarlah kamu dari surga; sesungguhnya kamu adalah makhluk yang terkutuk, Sesungguhnya kutukan-Ku tetap atasmu sampai hari pembalasan." Iblis berkata: "Ya Tuhanku, berilah penangguhan kepadaku sampai hari mereka dibangkitkan." Allah berfirman: "Sesungguhnya kamu termasuk yang diberi penangguhan, sampai kepada hari yang telah ditentukan waktunya (hari Kiamat)." Iblis menjawab: "Demi kekuasaan Engkau aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlis di antara mereka. (QS. Shad: 77-83)

Hadirin sidang jumat yg berbahagia.

Menyadari ini semua, bahwa keberadaan kita di dunia ini, tidak akan pernah lepas sedikitpun dari upaya setan untuk mempengaruhi kita, merayu, melalaikan kita dengan apapun, bahkan mereka mampu masuk bersama aliran darah kita, dengan hanya satu tujuan mengumpulkan manusia sebanyak-banyaknya untuk bersama-sama sesat dan menghuni neraka jahanam. Mengetahui tipu daya setan dan iblis dalam menyesatkan manusia, serta mengetahui cara menghadapi tipu daya tersebut menjadi penting untuk kita sama-sama kita ketahui sehingga kita mampu terhindar dari tipu daya tersebut.

Di antara pintu-pintu dan metode setan menyesatkan manusia yang perlu kita waspadai adalah:

Pertama: Pintu Syubhat dan Syahwat

Syubhat berarti suatu yang meragukan dan samar-samar, sedangkan syahwat adalah dorongan hawa nafsu, maka dari sinilah setan akan semakin kuat menggoda, kemudian setan menghembuskan bisikan dan rayuannya. Setan akan yang terus membujuk sehingga seakan membuat hati menjadi tenang untuk melakukan hal perbuatan tersebut. Bahkan setan telah menghembuskan syubhat dan syahwat iniitu sejak awal permusuhan dengan Nabi Adam, setan telah melakukan langkah-langkah kejinya untuk menggelincirkan anak keturunan adam agar tidak mentaati perintah Allah.

Mari kita perhatikan ucapan setan, dengan tipu dayanya di dalam firman Allah berikut:

فَوَسْوَسَ لَهُمَا الشَّيْطَانُ لِيُبْدِيَ لَهُمَا مِنْ سَوْءَاتِهِمَا وَقَالَ مَا نَهَاكُمَا رَبُّكُمَا عَنْ هَذِهِ الشَّجَرَةِ إِلاَّ أَنْ تَكُوناَ مَلَكَيْنِ أَوْ تَكُوناَ مِنَ الْخَالِدِينَ. وَقَاسَمَهُمَا إِنِّي لَكُمَا لَمِنَ النَّاصِحِينَ. فَدَلاَّهُمَا بِغُرُورٍ.

"Maka setan menggoda mereka berdua untuk menampakkan kepada keduanya apa yang tertutup dari mereka, yaitu auratnya, dan setan berkata, "Tuhan kamu tidak melarangmu dari mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang yang kekal (dalam surga)". Dan dia (setan) bersumpah kepada keduanya,"Sesungguhnya saya adalah termasuk orang yang memberi nasihat kepada kamu berdua,' maka setan membujuk keduanya dengan tipu daya." [Al-A'râf/7:20-22]

Dari ayat ini dapat dipetik satu pelajaran penting bahwa setan mempermainkan kecenderungan manusia yang tersembunyi, manusia ingin kekal, diberi umur yang panjang, manusia juga ingin memiliki kepemilikan harta yang tak terbatas padahal usia mereka pendek dan terbatas.

Dalam ayat ini diketahui bahwa tipuan yang digunakan setan adalah: “An takuunaa malakaini au takuunaa minal khalidin.”

Dalam penjelasan ayat ini, kata malakaini ada dua bacaan yang dapat dijadikan pengertian untuk memahamai maksud dari ayat ini. Bacaan pertama adalah: malikaini yaitu huruf lam dibaca kasroh yang berarti dua orang raja, yakni raja dan ratu, bacaan ini dikuatkan oleh nash lain dalam surat Thaaha: “Maukah aku tunjukan kepada kalian berdua, kepada pohon khuldi dan kerajaan yang tidak akan punah”. (QS. Thaha: 120)

Atas dasar bacaan ini, maka tipuan setan ini adalah kekuasaan yang abadi dan umur yang kekal. Keduanya merupakan syahwat atau kecenderungan yang paling kuat dalam diri manusia, selain syahwat terhadap lawan jenis, yang banyaknya kita dengar bersama berbagai macam kasus dan skandal terjadi, ini membuktikan bahwa setan sudah banyak berhasil dalam menyesatkan manusia.

Bacaan kedua adalah malakaini, huruf lam dibaca fathah yang berarti dua malaikat, maka manupulasi setan itu adalah dengan melepaskan manusia dari ikatan-ikatan fisik seperti malaikat yang kekal.

Ketika Iblis ini mengetahui bahwa Allah melarang Adam dan Hawa memakan buah ini, dan larangan ini terasa berat dalam jiwa mereka, maka untuk menggoyang hati mereka, iblis menimbulkan khayalan dan angan-angan kepada mereka, di samping juga mempermainkan syahwat dan keinginan mereka. Bahkan iblis memperkuat dengan sumpah bahwa ia adalah pemberi nasehat yang berlaku jujur.

Hadirin siding sholat jumat yang dimuliakan Allah.

Pintu setan yang kedua adalah : Al-Hirsh wal Hasad

Menurut Imam Al-Ghazali, diantara pintu-pintu setan yang sangat besar adalah al-hirsh atau tamak dan hasad, yaitu kedengkian. Rasa tamak dan sifat hasad ini menjadi salah satu pintu yang menyebabkan setan bisa masuk ke dalam pikiran dan jiwa manusia kemudian setan menguasainya. Ketika setan sudah mampu menguasai jiwa, maka itu pertanda akan membawa pada kebinasaan.

Imam Abu Dawud dalam Kitab Sunnan-nya menyebutkan sebuah riwayat. Ketika Nabi Nuh ‘Alaihissalam menaiki perahu, dan memasukkan ke dalam perahu itu berbagai makhluk secara berpasang-pasangan, tiba-tiba beliau melihat seorang tua yang tidak dikenal. Orang itu tidak memiliki pasangan. Nabi Nuh ‘Alaihissalam bertanya, “Untuk apa kamu masuk kemari?” Orang itu menjawab, “Aku masuk kemari untuk mempengaruhi sahabat-sahabatmu supaya hati mereka bersamaku, sementara tubuh mereka bersamamu.” Orang tua itu adalah setan.

Lalu, Nabi Nuh ‘Alaihissalam berkata, “Keluarlah kamu dari sini, hai musuh Allah! Kamu terkutuk!” Iblis itu kemudian berkata kepada Nabi Nuh, “Ada lima hal yang dengan kelimanya aku membinasakan manusia. Akan kuberitahukan yang tiga, dan kusembunyikan yang dua.” Allah mewahyukan kepada Nabi Nuh: “Katakan, aku tidak membutuhkan yang tiga. Aku membutuhkan yang dua.” Lalu Nuh bertanya, “Apa yang dua itu?” Iblis menjawab, “Dua hal yang membinasakan manusia adalah ketamakkan dan kedengkian. Karena kedengkian inilah, aku dilaknat sehingga menjadi terkutuk. Karena dorongan ketamakkan itu pula, Adam dan Hawa tergoda untuk menuruti keinginannya.”

Ketiga : Memandang kecil dan meremehkan dosa-dosa kecil.

Dosa-dosa kecil dampaknya sangat berbahaya bagi manusia, seorang yang menganggap kecil suatu perbuatan dosa maka dengan demikian setan akan selalu menjadikan orang tersebut meremehkan dosa-dosa kecilnya, sehingga dia akan terus menerus melakukannya dan dosa itu akan membinasakannya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memperingatkan umatnya
tentang dosa-dosa kecil dengan sabdanya,

إِيَّاكُمْ وَمُحَقَّرَاتِ الذُّنُوبِ وَإِنَّ مُحَقَّرَاتِ الذُّنُوبِ مَتَى يُؤْخَذْ بِهَا صَاحِبُهَا تُهْلِكْهُ.



Jauhilah dosa-dosa dan sesuatu yang dianggap dosa kecil, karena dosa-dosa kecil itu ketika dilakukan seseorang maka ia akan membinasakannya. (HR. Ahmad, no. 23194)

Hadirin yang dimuliakan Allah.

Tentu ketika kita mengetahui pintu-pintu masuknya setan ini, Allah Subhanhu wa Ta'ala dengan rahmat-Nya memberikan petunjuk kepada para hamba-Nya melalui Al-Quran dan melalui lisan Rasul-Nya Shallallahu 'alaihi wa sallam, untuk menghadapi dan mengusir setiap bisikan dan godaan setan tersebut. Di antara hal-hal yang dapat dilakukan agar terhindar dari tipu daya setan dan kawanannya adalah sebagai berikut:

Pertama: Menjaga keikhlasan dalam setiap amal ibadah dan perbuatan.

Setiap ibadah ataupun amal perbuatan yang dilakukan oleh hamba Allah, pasti setan akan berupaya menyimpangkan amal tersebut agar tidak dilakukan dengan ikhlas, setan akan berupaya keras agar amal itu tidak bernilai di hadapan Allah, bahkan perbuatan itu menjadi amalan yang riya dan syirik. Karena ini sudah merupakan janjinya kepada Allah.

Hamba-hamba yang ikhlas akan dijaga dan diselamatkan dari gangguan setan. Allah yang menyatakan pengakuan setan tersebut dalam firman-Nya:


قَالَ رَبِّ بِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأُزَيِّنَنَّ لَهُمْ فِي الْأَرْضِ وَلَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ إِلَّا عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِينَ

"Iblis berkata, "Ya Rabb-ku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan maksiat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba-Mu yang ikhlash di antara mereka." [Al-Hijr/15:39-40].

Dalam ayat yang lain disebutkan:

قَالَ فَبِعِزَّتِكَ لَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ إِلَّا عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِينَ

"Iblis menjawab, "Demi kekuasaan-Mu, aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlis di antara mereka." [Shâd/38:82-83].

Allah Subhanahu wa Ta'ala telah menjamin bahwa seorang yang mampu menjaga keikhlasannya dalam beramal setan tidak punya kemampuan dalam menggodanya,


إِنَّ عِبَادِي لَيْسَ لَكَ عَلَيْهِمْ سُلْطَانٌ إِلَّا مَنِ اتَّبَعَكَ مِنَ الْغَاوِينَ

"Sesungguhnya hamba-hamba-Ku yang ikhlas tidak ada kekuasaan bagimu terhadap mereka, kecuali orang-orang yang mengikuti kamu, yaitu orang-orang yang sesat". [Al-Hijr/15:42].

Kedua : Menjaga Kestabilan kondisi Iman.

Setan selalu berupaya untuk menggoda dan melemahkan iman seseorang dengan berbagai macam carannya, baik itu kelalaian ataupun perbuatan maksiat. Dengan kemaksiatan, keimanan seseorang akan semakin menurun sehingga dengan mudah setan akan mencelakakann seorang tersebut sehingga ia melakukan perbuatan dosa.

Sesungguhnya seluruh kekuatan, kekuasaan, kesempurnaan hanyalah milik Allah. Oleh karena itu, seorang hamba yang ditolong dan dilindungi Allah dengan menjaga kondisi imannya dengan amal ibadah yang kontinyu, maka tidak ada satu makhlukpun yang mampu mencelakakannya. Allah Subhanahu wa Ta'ala telah memberitakan hal ini di dalam Al-Quran, sebagaimana firmannya:


إِنَّهُ لَيْسَ لَهُ سُلْطَانٌ عَلَى الَّذِينَ ءَامَنُوا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ إِنَّمَا سُلْطَانُهُ عَلَى الَّذِينَ يَتَوَلَّوْنَهُ وَالَّذِينَ هُمْ بِهِ مُشْرِكُونَ

"Sesungguhnya setan itu tidak ada kekuasannya atas orang-orang yang beriman dan bertawakkal kepada Rabb-nya. Sesungguhnya kekuasaannya (setan) hanyalah atas orang-orang yang mengambilnya jadi pemimpin dan atas orang-orang yang mempersekutukannya dengan Allah".[An Nahl : 99, 100].

Ketiga: Berlindung Kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Untuk menghadapi setan dan terhindar dari godaannya, kita dianjurkan bahkan diperintahkan oleh Allah untuk senantiasa berlindung kepadanya. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

وَإِمَّا يَنْزَغَنَّكَ مِنَ الشَّيْطَانِ نَزْغٌ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ إِنَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ

"Dan jika kamu digoda oleh setan, maka berlindunglah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui". [Al-A'râf/7:200].

 Dalam Hadist yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori dan Muslim disebutkan:

أن أبا هريرة رضي الله عنه قال قال رسول الله صلى الله عليه و سلم « يأتي الشيطان أحدكم فيقول من خلق كذا وكذا؟ حتى يقول له من خلق ربك ؟ فإذا بلغ ذلك فليستعذ بالله ولينته » . وعند أبي داود ( 4722 ) « فإذا قالوا ذلك فقولوا الله أحد الله الصمد لم يلد ولم يولد ولم يكن له كفوا أحد . ثم ليتفل عن يساره ثلاثا وليستعذ من الشيطان »


Abu Hurairah berkata, Rosulullah bersabda: “Setan datang kepada salah seorang dari kalian lalu berkata, siapakah yang menciptakan ini dan ini? Sehingga setan berkata, “siapakah yang menciptakan Tuhanmu, maka apabila jika telah sampai kepadanya hal tersebut, hendaklah dia berlindung kepada Allah dan hendaklah dia menghentikan (waswas tersebut)".

Sedangkan dalam riwayat Abu Dawud disebutkan:

"Jika mereka mengucapkan hal itu (kalimat-kalimat was-was), maka ucapkanlah "Allah itu Maha Esa, Allah itu tempat bergantung, Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan," kemudian meludahlah ke kiri (3x) dan berlindunglah kepada Allah".

Keempat: Memperbanyak membaca Al-Quran dan memperkuat dzikrullah.

Al-Quran dan dzikrullah merupakan benteng yang kokoh yang dapat melindungi diri dari godaan dan gangguan setan dan membuatnya lari tunggang langgang, sebagaimana sabda Rosulullah:

أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا تَجْعَلُوا بُيُوتَكُمْ مَقَابِرَ إِنَّ الشَّيْطَانَ يَنْفِرُ مِنَ الْبَيْتِ الَّذِي تُقْرَأُ فِيهِ سُورَةُ الْبَقَرَةِ


"Dari Abu Hurairah, bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, janganlah kamu menjadikan rumah-rumah kamu sebagai kuburan. Sesungguhnya setan lari dari rumah yang dibacakan surat Al Baqarah di dalamnya". (HR Muslim, no. 780).

Dalam sabda yang lain disebutkan:

عَنْ الْحَارِثِ الْأَشْعَرِيِّ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ اللَّهَ أَمَرَ يَحْيَى بْنَ زَكَرِيَّا بِخَمْسِ كَلِمَاتٍ أَنْ يَعْمَلَ بِهَا وَيَأْمُرَ بَنِي إِسْرَائِيلَ أَنْ يَعْمَلُوا بِهَا...وَآمُرُكُمْ أَنْ تَذْكُرُوا اللَّهَ فَإِنَّ مَثَلَ ذَلِكَ كَمَثَلِ رَجُلٍ خَرَجَ الْعَدُوُّ فِي أَثَرِهِ سِرَاعًا حَتَّى إِذَا أَتَى عَلَى حِصْنٍ حَصِينٍ فَأَحْرَزَ نَفْسَهُ مِنْهُمْ كَذَلِكَ الْعَبْدُ لَا يُحْرِزُ نَفْسَهُ مِنَ الشَّيْطَانِ إِلَّا بِذِكْرِ اللَّهِ.

Dari Al-Harits Al-Asy’ari, bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya Allah memerintahkan Yahya bin Zakaria Alaihissallam dengan lima kalimat, agar beliau mengamalkannya dan memerintahkan Bani Israil agar mereka mengamalkannya (di antaranya): Aku perintahkan kamu untuk dzikrullah. Sesungguhnya perumpamaan itu seperti perumpamaan seorang laki-laki yang dikejar oleh musuhnya dengan cepat, sehingga apabila dia telah mendatangi benteng yang kokoh, kemudian dia menyelamatkan dirinya dari mereka (dengan berlindung di dalam benteng tersebut). Demikianlah seorang hamba tidak akan dapat melindungi dirinya dari setan, kecuali dengan dzikrullah". (HR Ahmad)

Kelima: Menyelisihi Setan dari setiap perbuatannya.

Setan adalah musuh manusia, maka wajib pula untuk menjadikannya sebagai musuh, dan membenci serta meninggalkan perbuatannya. Sebagaimana firman Allah:


إِنَّ الشَّيْطَانَ لَكُمْ عَدُوٌّ فَاتَّخِذُوهُ عَدُوًّا إِنَّمَا يَدْعُوا حِزْبَهُ لِيَكُونُوا مِنْ أَصْحَابِ السَّعِيرِ

"Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagimu, maka jadikanlah ia musuh(mu), karena sesungguhnya setan-setan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala". (Fathir : 5, ).

Diantara perbuatan setan yang harus diselisihi adalah:

Pertama: Perbuatan mubadzir atau pemborosan. Allah berfirman:

وَلَا تُبَذِّرْ تَبْذِيرًا (26) إِنَّ الْمُبَذِّرِينَ كَانُوا إِخْوَانَ الشَّيَاطِينِ وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِرَبِّهِ كَفُورًا (27)



“Dan janganlah kamu melakukan perbuatan mubadzir, sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya”. (QS. Al-Isro :26-27)

Kedua: Makan dan minum dengan tangan kiri. Rosulullah bersabda:

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ أَنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ «لاَ يَأْكُلْ أَحَدُكُمْ بِشِمَالِهِ وَلاَ يَشْرَبْ بِشِمَالِهِ فَإِنَّ الشَّيْطَانَ يَأْكُلُ بِشِمَالِهِ وَيَشْرَبُ بِشِمَالِهِ»

Dari Abdullah bin Umar, Nabi sallahu ‘alaihi wasallah bersabda: “Janganlah salah seorang diantara kalian makan dan minum dengan tangan kirinya, sesungguhnya setan makan dan minum dengan tangan kirinya”. (HR. Tirmidzi)

Ketiga: Tergesa-gesa dalam pekerjaan. Rosulullah bersabda:

وَعَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : « الْعَجَلَةُ مِنْ الشَّيْطَانِ» أَخْرَجَهُ التِّرْمِذِيُّ ، وَقَالَ : حَسَنٌ .

Dari Sahl bin Said, Rosulullah bersabda: “Tergesa-gesa itu dari perbuatan setan”. (HR. Tirmidzi)



Hadirin yang berbahagia.

Demikianlah khutbah singkat ini, semoga kita mampu membentengi diri kita dalam menghadapi permusuhan dan tipu daya setan yang selalu menyesatkan langkah kita menuju keridhoaan dan surga Allah subhanahu wa ta’ala.

بلرك الله لي ولكم في القرآن الكريم و نفعني و إياكم بما فيه من الأيات و الذكر الحكيم ، أقول قولي هذا و استغفر الله العظيم لي و لكم فاستغفروه إنه هو الغفور الرحيم.

Tahukah Anda, Apa Saja Isi di Dalam Ka'bah?

 by: ADMINISTRATOR


JAKARTA--Tak banyak orang yang mempunyai kesempatan untuk masuk ke dalam Ka'bah. Bangunan berbentuk bujur sangkar yang menjadi pusat arah bagi umat Muslim yang melakukan shalat itu sebenarnya memiliki ruang yang cukup luas.

Dengan tinggi saat ini sekitar 39 kaki 6 inci (kira-kira 11 meter) dan ukuran total adalah 627 kaki persegi maka ukuran dalam Ka'bah adalah 42,64x29,52 kaki atau sekitar 12,7x8,85 meter. Ruangan di dalam Ka'bah diperkirakan mampu menampung sebanyak 50 orang.

Namun, tahukah anda, apa saja isi di dalam bangunan yang disucikan umat Islam itu? Ketua Islamic Society of North America (ISNA) atau Masyarakat Islam Amerika Utara pernah diberi kesempatan untuk masuk ke dalam Ka'bah di tahun 1998. Ternyata tak banyak benda yang terdapat di dalamnya.

Di dalam Ka'bah ternyata terdapat 3 pilar dan meja untuk meletakkan parfum. Di langit-langitnya tergantung beberapa lampu lentera. Tak disebutkan lampu lentera itu terbuat dari bahan apa. Namun pada tahun 1940-an, lampu itu dikabarkan terbuat dari emas dan bertatahkan permata serta mutiara.

Di dalam Ka'bah tak ada lampu listrik. Sementara tembok dan lantainya terbuat dari marmer. Tak ada satu pun jendela di bagian dalamnya dan hanya terdapat satu pintu untuk keluar-masuk. Langit-langit Ka'bah juga ditutupi selimut kain seperti halnya dinding bagian luarnya.

Sumber:RepublikaOnline

Di Istana Topkapi, Pedang Rasulullah Kini Berada

  by: ADMINISTRATOR


JAKARTA--Anda mungkin pernah mendengar Istana Topkapi yang berada di Istanbul, Turki? Istana peninggalan kejayaan Kesultanan Turki Utsmani itu memang terkenal karena keindahannya. Indah arsitekturnya, juga indah sejarahnya.

Istana yang juga dikenal dengan sebutan masjid biru itu merupakan kediaman resmi dan pusat pemerintahan dari Sultan Turki Utsmani selama sekitar 400 tahun atau sejak 1465 sampai 1858. Istana ini merupakan sebuah kompleks yang terdiri dari empat halaman utama dan banyak bangunan yang lebih kecil. Pada puncak keberadaannya sebagai kediaman kerajaan, istana itu merupakan rumah bagi sekita 4.000 penghuninya. Terletak persis di tepi pantai di titik pertemuan antara Selat Bosporus, Tanjung Tanduk Emas (Golden Horn) dengan Laut Marmara, Topkapi dalam bahasa Turki berarti Gerbang Meriam.

Topkapi merupakan karya terbesar Kesultanan Turki Utsmani. Dibangun dengan arsitektur khas Turki yang mempunyai taman-taman indah yang menghubungkan antara satu bangunan dan bangunan lainnya. Taman-taman yang hijau ini dipenuhi pohon-pohon besar yang rindang. Didirikan di atas lahan seluas 700 ribu meter persegi, Istana Topkapi mulai dibangun pada 1453. Diawali dengan keinginan Sultan Mehmed II untuk membangun sebuah istana sebagai pusat Kesultanan Turki Utsmani.

Sultan Mehmed II menguasai Istanbul setelah menaklukannya dari tangan Kekaisaran Roma pada 1453. Dari sanalah Istana Topkapi mulai dibangun dan terus mengalami berbagai perubahan sampai 1850. Secara keseluruhan, Istana Topkapi memiliki ratusan kamar, namun hanya beberapa saja yang kini bisa dilihat masyarakat. Berbagai jenis keramik, woodwork dan gaya arsitektur ditampilkan di Istana Topkapi.

Sedikitnya, ada lima orang yang terlibat merancang bangunan Istana Topkapi ini. Mereka adalah Sultan Mehmed II, Aluddin, Davud Aga, Mimar Sinan, dan Sarkis Balyan. Dengan perpaduan dari kelima arsitek ini, tak heran bila bangunan Istana Topkapi dianggap sebagai sebuah bangunan terbaik hingga kini. Ini semua menunjukkan perkembangan seni aristektur di Turki sudah demikian maju. Kompleks Istana Topkapi ini tercatat pernah mengalami renovasi sebanyak dua kali, yakni setelah gempa bumi 1509 dan kebakaran tahun 1665. Sebanyak 24 Sultan Turki Utsmani pernah mendiami istana itu.

Saat ini, Istana Topkapi telah beralih fungsi. Bangunan megah itu telah diubah menjadi sebuah museum. Banyak benda peninggalan kejayaan Kesultanan Turki Utsmani yang tersimpan di sana. Tapi mungkin yang paling menarik bagi umat Islam adalah benda-benda peninggalan milik Nabi Muhammad SAW. Tersimpan di ruang Relikui Suci, di sanalah dapat dijumpai tempat kohl (celak) milik Rasulullah, jejak kaki Rasulullah, pedang, jubah, hingga rambut Rasulullah. Dan di sana pula sejumlah benda-benda peninggalan sahabat Rasulullah tersimpan.

Sumber:RepublikaOnline

Mufti Mesir Haramkan Alquran dan Azan untuk Ringtones Ponsel

 by: ADMINISTRATOR


KAIRO--Mufti Agung Mesir, Syekh Ali Jumah, mengeluarkan fatwa yang melarang penggunaan ayat-ayat Alquran dan panggilan azan shalat sebagai nada dering (ringtones) untuk telepon genggam.

Syekh Jumah, salah satu pemegang otoritas agama tertinggi di Mesir, mengatakan, puisi atau lagu religius boleh digunakan oleh mereka yang ingin mengagungkan agama mereka dalam telepon genggam mereka, tetapi ayat Alquran tidak diperbolehkan untuk itu, seperti dilaporkan Al-Arabiya, Kamis (21/1), yang mengklaim memiliki salinan fatwa tersebut.

Fatwa pelarangan ini terkait dengan makin meningkatnya fenomena penggunaan ayat Alquran atau adzan sebagai nada dering telepon genggam di Mesir yang dianggap sebagai standar kesalehan dan keterhubungan dengan firman Allah.

"Alquran adalah firman Allah yang dengannya kita dapat menyembah-Nya, karena itu harus dibaca atau didengarkan dengan hormat dan khusyuk," kata Syekh Jumah dalam fatwanya.

"Saat sesorang menerima telepon, kemungkinan besar ia akan memotong atau mengganggu ayat dalam ringtones itu dan ini merupakan perbuatan tidak menghormati kitab suci," imbuh dia.

Syekh Jumah menilai penggunaan ringtones azan sebagai perilaku tak sopan. Hal itu, tambah dia, dapat membingungkan orang-orang yang mendengar dering telepon tersebut dan percaya itu sebagai tanda waktu shalat.

Sumber:RepublikaOnline

Pelajaran Berharga dari Sejarah Hijrah

 by: ADMINISTRATOR


الحَمدُ للهِ رَبِّ العَالَمينَ، سَهَّل لِهجْرةِ رَسولِهِ صلى الله عليه وسلم المَسالِكَ، وجَعلَها نوراً أَضاءَ الأَمصارَ والمَمالِكَ، أَحمَدُهُ تَعالَى بِما هوَ لهُ أَهلٌ مِنَ الحَمدِ وأُثنِي عَليهِ، وأُومِنُ بِهِ وأَتَوكَّلُ عَليهِ، مَنْ يَهدِهِ اللهُ فَلاَ مُضلَّ لَهُ، ومَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَاديَ لَهُ، ونَشهدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحدَهُ لاَ شَريكَ لَهُ، ونَشهَدُ أَنَّ سيِّدَنا مُحمّداً عَبدُهُ ورَسولُهُ، خَيْرُ مَنْ هَاجَرَ إِلَى رَبِّهِ وامتَثل، ودَعا إِلَى هَجْرِ المَعاصِي والآثامِ مَا ظَهَرَ مِنها ومَا بَطَنَ، صلى الله عليه وسلم وعَلَى آلهِ البَررَةِ الأَطهارِ، وعَلَى كُلِّ مَنِ اهتَدَى بِهَديِهِ مِنَ المؤمِنينَ الأَخيارِ. أَمّا بَعدُ، فَيا عِبادَ اللهِ: اتَّقُوا اللهَ تَعَالى حَقّ تَقْاتِهِ وَلاَ تمَوُتًنّ إِلّا وَ أَنْتُمْ مُسْلِمًوْنَ.



Kaum Muslimin Jamaah Sholat Jumat yang dimuliahkan Allah


Pada kesempatan khutbah jumat ini, khatib berwasiat, marilah kita terus berupaya seoptimal mungkin untuk meningkatkan ketakwaan kepada Allah swt. Selalu berupaya sebaik mungkin beribadah, menjalankan kewajiban yang telah Allah perintahkan kepada kita, serta meninggalkan larangan-larangan-Nya, semoga itulah ang menjadi bekal utama kita kelak ketika menghadap Allah.


Kaum muslimin jamaah sholat jumat yang berbahagia


Sejarah adalah bagian dari kehidupan bangsa-bangsa, dan cahaya yang memandu manusia dalam perjalanan mereka pada masa sekarang dan masa yang akan datang. Membaca peristiwa masa lalu ialah mengungkap faktor-faktor keberhasilan, kemajuan sebuah negeri ataupun kemundurannya. Penemuan tradisi-tradisi sejarah dan hukum-hukum, peristiwa yang terjadi di dalamnya membuat manusia menyadari jalan yang dilaluinya dan tujuannya pada hari esok yang telah menanti. Maka begitulah ayat-ayat Al-Quran menceritakan sejarah-sejarah nabi-nabi dan umat-umat terdahulu secara panjang dan berulang-ulang. Dijelaskan cerita mereka, posisi mereka, keimanan dan kekufuran mereka, kehebatan mereka, kemenangan, kesombongan bahkan kemunduran dan kehancuran mereka secara gamblang oleh Al-Quran. Semua kisah sejarah itu bukanlah tanpa tujuan. Allah menjelaskan dalam firman-Nya:


لَقَدْ كَانَ فِي قَصَصِهِمْ عِبْرَةٌ لأُولِي الأَلْبَابِ مَا كَانَ حَدِيثاً يُفْتَرَى وَلَكِنْ تَصْدِيقَ الَّذِي بَيْنَ يَدَيْهِ وَتَفْصِيلَ كُلِّ شَيْءٍ وَهُدىً وَرَحْمَةً لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ


“Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman”. (QS. Yusuf: 111)


فَاقْصُصِ الْقَصَصَ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ


“Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir.” ( QS. Al-A’rof:176)


Hadirin Jamaah Sholat Jumat yang dimuliakan Allah


Ketika kita melalui kembali tahun baru hijrah, marilah kita berhenti sejenak untuk merenungi dan mengambil pelajaran dari perjalanan hijrah dalam realitas kehidupan kita saat ini. Hijrah bukanlah suatu peristiwa biasa, tetapi memiliki dampak yang mendalam bagi perjalanan sejarah. Hijrah juga mempunyai arti besar, dan pelajaran mendalam bagi sejarah islam. Peristiwa Hijrah yang datang dan diperingati pada setiap tahun, adalah bukan sekedar seremonial belaka, namun lebih dari itu, datangnya tahun baru hijrah ini untuk memperbaharui kembali komitmen keislaman kita dan selanjutnya memperbaharui hidup kita. Maka dengan demikian menjadi baiklah kehidupan ini dari hari kemarin, bertambah juga semangat untuk melakukan kebaikan demi kebaikan pada tahun ini.


Allah berfirman:





وَهُوَ الَّذِي جَعَلَ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ خِلْفَةً لِمَنْ أَرَادَ أَنْ يَذَّكَّرَ أَوْ أَرَادَ شُكُورًا





“Dan Dia (pula) yang menjadikan malam dan siang silih berganti bagi orang yang ingin mengambil pelajaran atau orang yang ingin bersyukur”. (Al-Furqon: 62)


Peristiwa sejarah yang penting dalam sejarah islam kembali datang pada tahun ini yaitu peristiwa Perjalanan Hijrah Rosulullah saw dari bersama dengan sehabat beliau Abu Bakar Ash-Shidiq ra. Yang sebelumnya telah didahului oleh para sahabat yang melakukan hijrah meninggalkan kota Mekah menujuh kota Madinah Al-Munawwaroh.





Perjuangan dakwah Rosulullah dalam mengajarkan Tauhid, untuk mengenal Allah swt. kemudian menyembah-Nya dengan penuh kecintaan dan ketaatan atas dasar Iman, berbuah penolakan, pembangkangan, bahkan ancaman pembunuhan bagi para sahabat dan diri beliau, sehingga mengharuskan kaum mukminin dan beliau untuk melakukan hijrah.


Hadirin sidang sholat jumat yang berbahagia


Ummul Mukminin Aisyah ra. meriwayatkan: “Saat permusuhan dan penyiksaan terhadap kaum muslimin bertambah berat. Mereka datang dan mengadu kepada Rasulullah saw. meminta izin berhijrah. Pengaduan itu dijawab oleh Rasulullah saw. dengan sabdanya “Sesungguhnya aku pun telah diberi tahu bahwa tempat hijrah kalian adalah Yatsrib. Barangsiapa yg ingin keluar hijrah maka hendaklah ia keluar menuju Yatsrib.”


Para sahabat kemudian berhijrah dengan sembunyi-sembunyi menuju kota Madinah, kecuali Umar bin al-Khattab ra yang berhijrah dengan terang-terangan. Umar keluar dari rumahnya, lalu naik ke atas bukit sambil berseru lantang: “Barangsiapa ingin ibunya kehilangan anaknya, atau istrinya menjadi janda, atau anaknya menjadi yatim piatu, maka silahkan menghadangku di balik lembah ini.” Maka tak ada satu kaum musyrik Makkah yang berani keluar menghadang beliau. Rosulullah dan Abu bakar kemudian menyusul ke Madinah setelah semua kaum muslimin berangkat berhijrah dengan penuh perjuangan dan perencanaan yang tepat.


Hadirin yang berbahagia


Mengapa peristiwa ini begitu penting untuk kembali kita kaji dan peringati? Sesungguhnya setiap peristiwa sejarah yang dilalui dan dialami Rosulullah mempunyai pelajaran bagi umat islam yang mencintainya.


لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيراً





“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al-Ahazab:21)


Di antara beberapa pelajaran dari peristiwa hijrah adalah:


Pertama, Hijrah mengajarkan kaum muslimin untuk mempertahankan tauhid dan keimanan mereka dengan mengorbankan apa yang mereka miliki.


Pelajaran yang paling berharga dari kisah Hijrah Rasulullah saw dan para sahabatnya adalah betapa mereka sangat kuat dalam mempertahankan keimanan mereka. Apapun mereka lakukan asalkan keimanan bisa dijaga. Di dalam kisah hijrah kita mendapati banyak contoh bahwa para sahabat rela mengorbankan apa saja demi mempertahankan keimanan mereka.


Orang-orang musyrik Makkah melarang mereka untuk membawa harta benda mereka, dengan mengatakan: “Silahkan anda pergi meninggalkan Mekah, namun jangan pernah membawa hartamu”.


Tentu para sahabat ra, memahami keutamaan menjadi orang beriman dan mempertahankan keimanan mereka. Mereka faham bahwa dengan berbekal keimanan, maka Allah swt akan bersama mereka. Oleh karenanya, untuk kebahagiaan itu mereka rela meninggalkan harta benda yang mereka miliki demi berangkat hijrah dengan bekal seadanya, dan menebus dengan apa saja yang mereka miliki.


Allah berfirman:


إِنَّ الَّذِينَ آَمَنُوا وَهَاجَرُوا وَجَاهَدُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ أَعْظَمُ دَرَجَةً عِنْدَ اللَّهِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْفَائِزُونَ


“orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta, benda dan diri mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah; dan itulah orang-orang yang mendapat kemenangan.” (QS. Attaubah: 20)


Dalam ayat yang lain Allah berfirman:


وَالَّذِينَ آمَنُوا وَهَاجَرُوا وَجَاهَدُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَالَّذِينَ آوَوْا وَنَصَرُوا أُولَئِكَ هُمُ الْمُؤْمِنُونَ حَقًّا لَهُمْ مَغْفِرَةٌ وَرِزْقٌ كَرِيمٌ (74) وَالَّذِينَ آمَنُوا مِنْ بَعْدُ وَهَاجَرُوا وَجَاهَدُوا مَعَكُمْ فَأُولَئِكَ مِنْكُمْ وَأُولُو الأرْحَامِ بَعْضُهُمْ أَوْلَى بِبَعْضٍ فِي كِتَابِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ (75)


Dan orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad pada jalan Allah, dan orang-orang yang memberi tempat kediaman dan memberi pertolongan (kepada orang-orang muhajirin), mereka itulah orang-orang yang benar-benar beriman. Mereka memperoleh ampunan dan rezki (nikmat) yang mulia. Dan orang-orang yang beriman sesudah itu kemudian berhijrah serta berjihad bersamamu maka orang-orang itu termasuk golonganmu (juga). Orang-orang yang mempunyai hubungan kerabat itu sebagiannya lebih berhak terhadap sesamanya (daripada yang bukan kerabat) di dalam kitab Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (QS. Al-Anfal: 74-75)


Di dalam kisah hijrah, kita mendapatkan bahwa Abubakar ra mengorbankan semua hartanya, bahkan mengerahkan semua potensi yang dimilikinya,bahkan keluarga dan anak-anaknya ikut serta dalam membantunya untuk menyukseskan hijrah tersebut. Tentu hal ini tidak bisa dinilai, melainkan dengan kacamata Iman.


Kaum muslimin yang dimuliakan Allah


Peristiwa itu mengajarkan kepada kita kaum muslimin bahwa iman adalah lebih mahal dan berharga dari apapun. Suatu yang mahal ini harus selalu dijaga dan ditingkatkan kualitas ketaqwaannya, karena inilah yang dapat dibawa untuk menghadap Allah kelak.





Jika peristiwa hijrah ini, kita tangkap sebagai sebuah pelajaran lain, yakni pelajaran dalam membangun sebuah masyarakat dan negara, maka perjuangan itu harus selalu ditempuh dan dibarengi dengan pengorbanan yang berat. Maka perjuangan seperti itulah yang kemudian dapat melahirkan keberhasilan. Bangsa Indonesia, kini sedang berjuang, ingin menjadi bangsa yang maju, adil dan sejahtera setelah lebih dari 60 tahun merdeka. Perjuangan itu, sejak lama dilakukan. Fase pertama, merebut kemerdekaan dari penjajah. Perjuangan itu telah berhasil, dan pada tahun 1945 Indonesia merdeka. Kemerdekaan itu diraih atas perjuangan yang sangat keras, dengan mengorbankan apa saja, bahkan banyak para pahlawan telah mengorbankan nyawa mereka.


Selanjutnya perjuangan dilanjutkan pada fase kedua, yakni dalam mengisi kemerdekaan, sekalipun sudah melewati waktu yang panjang, bahkan lebih dari 60 tahun, masih belum terlalu tampak kemakmuran dan rasa keadilan yang merata dan memuaskan bagi seluruh rakyat. Keadilan belum dapat dimiliki oleh rakyat kecil. Hukum masih menjadi milik orang-orang yang dapat membelinya.


Hadirin yang berbahagia


Pelajaran kedua, Hijrah membangun masyarakat yang penuh peradaban.


Ketika Rasulullah saw tiba di Madinah, pertama kali yang dilakukannya adalah membangun masjid. Masjid dijadikan sebagai pusat kegiatan pembinaan dan pengembangan sumberdaya manusia. Sehingga melahirkan manusia-manusia yang luar biasa, berakhlaq mulia, manusia berilmu dan dekat dengan penciptanya.


Tidak cukup sampai di situ, setelah membangun masjid, Rasulullah saw kemudian mempersaudarakan antara kaum Anshar dengan kaum Muhajirin Sehingga tebangun ukhuwwah Islamiyah, melahirkan komunitas yang solid dan persaudaraan yang kokoh dalam bimbingan Rasulullah. Rosulullah juga membangun pasar untuk kaum muslimin, karena saat itu pasar di madinah masih dikuasai oleh orang-orang yahudi yang dapat menentukan harga sesuai dengan keinginan mereka. Maka dibawah pemerintahan Rosulullah masyarakat madinah dapat hidup makmur saat itu.


Hadirin yang berbahagia


Kemakmuran suatu negeri adalah dapat terwujud jika penduduk suatu negeri tersebut beriman dan melaksanakan perintah Allah dengan sebenar-benarnya. Maka sebaliknya, jika suatu negeri banyak terdapat kesyirikan, orang-orang masih percaya dengan barang keramat, perdukunan, ramalan dan apapun sejenisnya, belum lagi perjudian selalu menjadi bahan pencarian, perzinahan meraja lela, maka bagaimana mungkin rahmat Allah akan turun. Bahkan sebaliknya musibah demi musibah akan tetap melanda negeri itu.


Allah berfirman:


وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالأرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ





Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. (QS. Al-A’rof: 96)





Jamaah sholat jumat yang dimuliakan Allah


Pelajaran ketiga, Perjalanan hijrah Rasulullah dari Makkah ke Madinah merupakan momentum awal untuk kemenangan Islam dari masyarakat Jahiliyah. Melalui proses hijrah Nabi Muhammad melakukan konsolidasi untuk membangun masyarakat Islam, yang berkeadilan. Islam hadir untuk memberikan rasa keadilan pada manusia.


Maka jika masyarakat menginginkan keadilan sesungguhnya, maka satu-satu solusi adalah menerapkan konsep keadilan islam. Namun yang terjadi jika disebutkan syariat islam, hukum islam masyarakat sudah menjadi takut dan apriori, yang menganggap hukum islam hanyalah potong tangan. Maka sangat wajar jika para koruptor tetap melakukukan aksinya mengeruk uang rakyat dan merugikan negara.


Maka syariah hijrah sama persis dengan syariah-syariah Allah lainnya, yaitu tetap berlaku sepanjang zaman. Selama masih ada denyut kehidupan manusia, selama itu pula syariat hijrah harus ada. Hal ini mengandung makna bahwa untuk memperbaiki kualitas hidup manusia, yaitu muslim yang hakiki. Karena tuntutan hijrah adalah transformasi nilai dan reformasi segala aspek kehidupan dan penghidupan manusia ke arah yang lebih baik dan berkualitas.


الذِينَ آمَنُوا وهاجَرُوا وجاهَدوا فى سَبيلِ اللـهِ بأمْوالِهِم وأنفُسِـهِم أعْظَمُ درجةً عِند اللـهِ، وأولئـِك هُم الفائِزون يُبَشِّـرُهم ربُّهم برحمةٍ مِنه ورِضوانٍ وجنّاتٍ لَهم فيها نعيمٌ مقيمٌ خالدين فيها أبدا، إِنّ اللـهَ عندَه أجرٌ عظيمٌ


Orang-orang yang beriman, berhijrah dan berjuang di jalan Allah dengan harta benda dan diri mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah; dan itulah orang-orang yang mendapat kemenangan. Tuhan mereka menggembirakan mereka dengan memberikan rahmat daripada-Nya, keridlaan dan surga, mereka memperoleh di dalamnya kesenangan yang kekal; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar.


Semoga mengawali tahun 1431 H ini, kita dapat merancang hari-hari kita ke depan lebih baik lagi. Tak pernah khawatir mengorbankan apa yang kita miliki untuk Allah, membela agamanya dan meledani generasi awal dalam perjuangan mereka bersama Rosulullah saw. Menjalankan syariat Allah dengan penuh ketaatan. Amiin ya rabbal alamin.

أقولُ قولِى هـذا وأستَـغـْفـِر اللـهَ العظيم لى ولكم ولسـائر المؤمنين والمؤمنات والمسلمين والمسلمات فاستغـفِـرُوه، إنـّه هـو الغـفُـور الرحيم





Oleh Zulhamdi M. Saad, Lc



Khutbah kedua





الْحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ، وَالعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِيْنَ، وَلاَ عُدْوَانَ إِلاَّ عَلَى الظَّالِمِيْنَ، وَنَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَلِيُّ الصَّالِحِيْنَ، وَنَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ إِمَامُ الأَنبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، وَأَفْضَلُ خَلْقِ اللهِ أَجْمَعِيْنَ، صَلَوَاتُ اللهِ وَسَلاَمُهُ عَلَيْهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَالتَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ . أَمَّا بَعْدُ، فَيَا عِبَادَ اللهِ : فَاتَّقُوا اللهَ تَعَالى حَقّ تَقْوَاهُ في السِّرِّ وَ العِلَنِ.


هَذَا وَصَلُّوْا وَسَلِّمُوْا عَلَى إِمَامِ الْمُرْسَلِيْنَ، وَقَائِدِ الْغُرِّ الْمُحَجَّلِيْنَ، فَقَدْ أَمَرَكُمُ اللهُ تَعَالَى بِالصَّلاَةِ وَالسَّلاَمِ عَلَيْهِ فِي مُحْكَمِ كِتَابِهِ حَيْثُ قَالَ عَزَّ قَائِلاً عَلِيْماً: إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.


 اللَّهُمَّ صَلِّ وسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ وسَلّمْتَ عَلَى سَيِّدِنا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنا إِبْرَاهِيْمَ، وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنا إِبْرَاهِيْمَ، فِي العَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنْ خُلَفَائِهِ الرَّاشِدِيْنَ، وَعَنْ أَزْوَاجِهِ أُمَّهَاتِ المُؤْمِنِيْنَ، وَعَنْ سَائِرِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعِيْنَ، وَعَنْ المُؤْمِنِيْنَ وَالمُؤْمِنَاتِ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، وَعَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.
اللَّهُمَّ اجْعَلْ جَمْعَنَا هَذَا جَمْعاً مَرْحُوْماً، وَاجْعَلْ تَفَرُّقَنَا مِنْ بَعْدِهِ تَفَرُّقاً مَعْصُوْماً، وَلا تَدَعْ فِيْنَا وَلا مَعَنَا شَقِيًّا وَلا مَحْرُوْماً.اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالعَفَافَ وَالغِنَى. اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ أَنْ تَرْزُقَ كُلاًّ مِنَّا لِسَاناً صَادِقاً ذَاكِراً، وَقَلْباً خَاشِعاً مُنِيْباً، وَعَمَلاً صَالِحاً زَاكِياً، وَعِلْماً نَافِعاً رَافِعاً، وَإِيْمَاناً رَاسِخاً ثَابِتاً، وَيَقِيْناً صَادِقاً خَالِصاً، وَرِزْقاً حَلاَلاً طَيِّباً وَاسِعاً، يَا ذَا الْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ . اللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَوَحِّدِ اللَّهُمَّ صُفُوْفَهُمْ، وَأَجْمِعْ كَلِمَتَهُمْ عَلَى الحَقِّ، وَاكْسِرْ شَوْكَةَ الظِّالِمِينَ، وَاكْتُبِ السَّلاَمَ وَالأَمْنَ لِعِبادِكَ أَجْمَعِينَ. اللَّهُمَّ رَبَّنَا احْفَظْ أَوْطَانَنَا وَأَعِزَّ سُلْطَانَنَا وَأَيِّدْهُ بِالْحَقِّ وَأَيِّدْ بِهِ الْحَقَّ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ. اللَّهُمَّ رَبَّنَا اسْقِنَا مِنْ فَيْضِكَ الْمِدْرَارِ، وَاجْعَلْنَا مِنَ الذَّاكِرِيْنَ لَكَ في اللَيْلِ وَالنَّهَارِ، الْمُسْتَغْفِرِيْنَ لَكَ بِالْعَشِيِّ وَالأَسْحَارِ. اللَّهُمَّ أَنْزِلْ عَلَيْنَا مِنْ بَرَكَاتِ السَّمَاء وَأَخْرِجْ لَنَا مِنْ خَيْرَاتِ الأَرْضِ، وَبَارِكْ لَنَا في ثِمَارِنَا وَزُرُوْعِنَا وكُلِّ أَرزَاقِنَا يَا ذَا الْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ. رَبَّنَا آتِنَا في الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا لا تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا، وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً، إِنَّكَ أَنْتَ الوَهَّابُ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الخَاسِرِيْنَ. اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدُّعَاءِ. عِبَادَ اللهِ: إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي القُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْن.
 
Copyright © IKATAN DA'I INDONESIA Ponorogo. Design by Web Directory | Download from Blog Template
CHEAP Kentucky Derby Tickets, Best Website Hosting, Premium Wordpress Themes